Berita

Tanaman kopi/Net

Bisnis

Cuaca Buruk, Harga Kopi Melambung ke Level Tertinggi dalam 50 Tahun

SABTU, 14 DESEMBER 2024 | 07:05 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Harga kopi yang melambung di pasar global, yang telah mencetak rekor tertinggi dalam hampir setengah abad, belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Para analis mengatakan, akan butuh waktu bertahun-tahun bagi salah satu komoditas yang paling banyak diperdagangkan di dunia tersebut untuk pulih.

Harga kopi Arabika berjangka dengan pengiriman Maret mencapai titik tertinggi intraday baru sebesar 348,35 sen per pon pekan ini, mencapai level tertinggi dalam hampir 50 tahun. 


Kontrak tersebut telah memangkas sebagian keuntungannya tetapi tetap naik 70 persen tahun ini.

Terakhir kali harga biji kopi arabika, varietas paling populer di dunia, diperdagangkan setinggi itu adalah pada tahun 1977 ketika salju menghancurkan sebagian besar perkebunan di Brasil.

Kekeringan dan suhu tinggi, di samping ketergantungan global pada pasokan dari beberapa wilayah, dianggap sebagai pendorong utama kenaikan harga baru-baru ini.

Kondisi ini memaksa roaster atau perusahaan penggilingan kopi raksasa menaikkan Harga. Konsumen kini mulai beralih mencari kopi yang lebih murah di tengah krisis biaya hidup yang makin tinggi.

Lonjakan harga tentu saja akan menguntungkan petani kopi yang panen tahun ini. Hanya saja, ini juga jadi tantangan buat pedagang karena harus menghadapi biaya lindung nilai (hedging cost) yang sangat besar besar di bursa dan kesulitan untuk menerima biji kopi yang telah mereka beli sebelumnya.

Biji kopi arabika menguasai 60 persen hingga 70 persen pangsa pasar kopi global. 

Biji kopi ini umumnya digunakan dalam espresso dan kopi lain yang dibuat oleh barista karena rasanya yang lembut dan manis, 

Sementara itu, harga Robusta berjangka juga naik ke rekor tertinggi baru pada akhir November. Biji kopi Robusta dikenal karena rasanya yang kuat dan pahit dan biasanya digunakan dalam campuran kopi instan.

Kenaikan harga kopi yang luar biasa, yang dianggap sebagai komoditas kedua yang paling banyak diperdagangkan berdasarkan volume, setelah minyak mentah, terjadi di tengah kekhawatiran atas panen tahun 2025 di Brasil, yang sejauh ini merupakan produsen terbesar di dunia.

"Negara ini mengalami kekeringan terburuk dalam 70 tahun terakhir selama bulan Agustus dan September, diikuti oleh hujan lebat pada bulan Oktober, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa panen bunga bisa gagal," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank Denmark, dikutip dari Reuters, Sabtu 14 Desember 2024.

Bagi sebagian orang, cuaca buruk saat menanam kopi di Brasil berarti butuh waktu lama bagi harga kopi untuk pulih.

"Sejarah menunjukkan bahwa harga kopi hanya akan turun kembali saat pasokan membaik dan stok terisi kembali," kata David Oxley, kepala ekonom iklim dan komoditas di Capital Economics.

"Yang terpenting, ini adalah proses yang bisa memakan waktu bertahun-tahun, bukan bulan," kata Oxley. 

Di Vietnam, yang menghasilkan sekitar 40 persen biji kopi robusta yang biasanya digunakan untuk membuat kopi instan, kekeringan parah awal tahun ini diikuti oleh hujan lebat sejak Oktober.

Panen dapat menyusut hingga 10 persen dalam setahun pada akhir September 2025, menambah kekurangan robusta global.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya