Berita

Pelabuhan Chancay di Peru yang dibangun perusahan patungan kedua negara.

Dunia

Tarian Naga Merah di Pelabuhan Chancay Bukti Pengaruh Tiongkok di Peru Makin Besar

SELASA, 10 DESEMBER 2024 | 06:46 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Peresmian Pelabuhan Chancay di Peru memperlihatkan pengaruh Tiongkok semakin besar. Pelabuhan yang dibangun perusahaan patungan Cosco Shipping Ports Tiongkok dan Volcan Peru itu diresmikan pertengahan November lalu. 

Dalam upacara peresmian, bukan tari-tarian rakyat Peru yang populer, seperti Marinera Noteria, Festejo, atau Huacunda yang ditampilkan. Melainkan kelompok penari Tiongkok yang mengenakan kostum naga merah

Peresmian itu dihadiri Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Peru Dina Boluarte.


Penampilan penari Tiongkok yang begitu menonjol dalam peresmian itu, menurut Daily Mirror, media Sri Lanka berbahasa Inggris, mencerminkan pengaruh dominan Cosco yang memegang saham mayoritas dalam proyek Pelabuhan Chancay senilai 1,3 miliar dolar AS.

menurut ShanghaiEye yang merupakan saluran berbahasa asing milik Shanghai Media Group, proyek pembangunan pelabuhan itu adalah salah satu "jebakan utang besar-besaran."

Daily Mirror
mencatat, kebanyakan penduduk Chancay tetap tidak yakin dengan janji Presiden Xi yang mengatakan bahwa pelabuhan itu akan mendatangkan "pendapatan yang cukup besar dan peluang kerja yang sangat besar." 

Sebaliknya, pelabuhan tersebut telah merampas perairan yang dulunya menjadi andalan para nelayan untuk mencari nafkah.

Pelabuhan Chancay diharapkan dapat memfasilitasi ekstraksi sumber daya pertanian dan mineral Tiongkok dari wilayah tersebut, termasuk blueberry Peru, kedelai Brasil, dan tembaga Chili. Tiongkok secara khusus berfokus pada cadangan litium yang ditemukan di Bolivia, Chili, dan Argentina, yang secara bersama-sama menghasilkan lebih dari 75 persen pasokan litium dunia. 

Pada tahun 2014, Tiongkok membeli proyek Pertambangan Tembaga Las Bambas di Peru seharga 5 miliar dolar AS. Tambang tersebut memiliki salah satu cadangan tembaga terbesar di dunia, yang menghasilkan dua persen dari tembaga dunia. Pelabuhan Chancay akan membantu Tiongkok memperluas cengkeramannya pada sumber daya Amerika Selatan sambil membanjiri pasar lokal dengan barang-barang murah yang seringkali di bawah standar.

Tulis Daily Mirror lagi, pembangunan pelabuhan tersebut juga telah menimbulkan masalah yang signifikan di Chancay. Pada bulan Mei 2023, sebagian lokasi konstruksi terowongan sepanjang 1,8 km yang menghubungkan pelabuhan dengan jalan raya runtuh. 

Runtuhnya terowongan tersebut merusak beberapa rumah, dan pada bulan Oktober 2022, aktivitas penggalian terowongan menyebabkan sebagian jalan runtuh di daerah Peralvillo. Ledakan yang digunakan untuk meratakan medan telah meretakkan dinding rumah-rumah di dekatnya.

Masalah lingkungan di sekitar pelabuhan juga signifikan. Lahan Basah Santa Rosa Chancay, area seluas 36 hektar yang dilindungi dan menjadi rumah bagi beragam tanaman dan spesies burung, terancam oleh konstruksi tersebut. Nelayan setempat telah dibayar untuk mengosongkan area tersebut, dan ledakan telah merusak rumah mereka secara permanen. 

Kelompok lingkungan, seperti Global GreenGrants Fund, telah melaporkan bahwa pembangunan pelabuhan tersebut berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan, termasuk erosi pantai, emisi partikel beracun, dan kematian massal burung dan spesies laut. Masalah-masalah ini diremehkan dalam Penilaian Dampak Lingkungan pelabuhan.

Pada intinya, para analis khawatir Pelabuhan Chancay dapat menjebak Peru dalam situasi utang yang mirip dengan Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka atau Pelabuhan Gwadar di Pakistan. Karena tidak mampu membayar kembali pinjaman besar dari Tiongkok yang digunakan untuk membangun Pelabuhan Hambantota, Sri Lanka terpaksa menyewakan pelabuhan tersebut kepada Tiongkok selama 99 tahun. Pakistan juga menyerahkan pengelolaan Pelabuhan Gwadar kepada Tiongkok selama 40 tahun. Dengan ketentuan keuangan yang serupa, Peru dapat menghadapi konsekuensi yang serupa.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya