Berita

Korban ranjau darat di Myanmar./AFP

Dunia

Myanmar Paling Mematikan karena Ranjau Darat, India Kirim Bantuan Beras

SELASA, 10 DESEMBER 2024 | 06:20 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Myanmar baru-baru ini mendapatkan bantuan beras sebanyak 2.200 metrik ton dari India. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, bantuan yang dikirimkan dari Pelabuhan Chennai hari Sabtu lalu, 7 Desember 2024, sejalan dengan kebijakan “Bertindak ke Timur” dan “Mengutamakan Tetangga’”.

Di tengah ketegangan yang terus terjadi, Myanmar kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Tidak sedikit lahan pertanian dan ladang dipenuhi ranjau darat. 

Menurut studi yang dilakukan UNICEF, jumlah korban sipil, termasuk anak-anak, yang terbunuh atau cacat akibat ranjau darat dan bahan peledak di Myanmar tercatat sebanyak 1.052 orang. Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu. Dari angka itu sebanyak 188 orang tewas dan 864 orang terluka. Lebih dari 20 persen korban adalah anak-anak

Myanmar dilanda kekacauan sejak junta militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih dalam kudeta tahun 2021. Konflik mengubah Myanmar menjadi salah satu negara yang paling terkontaminasi ranjau darat di dunia. Selama beberapa tahun terakhir, perlawanan sipil bersenjata telah bergabung dengan kelompok etnis bersenjata yang sudah lama ada untuk melawan militer.

Kepemimpinan junta berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya menyusul kekalahan di medan perang dalam serangan besar-besaran oleh kelompok pemberontak yang dimulai pada bulan Oktober.

UNICEF mengatakan ranjau darat dan persenjataan peledak lainnya digunakan tanpa pandang bulu oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik.

"Penggunaan ranjau darat tidak hanya tercela tetapi juga ilegal menurut hukum humaniter internasional," kata Debora Comini, direktur regional UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik, kepada Reuters.

Menurut data UNICEF, jantung pertanian Sagaing menyumbang lebih dari 35 persen dari semua korban terkait ranjau darat pada tahun 2023.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya