Perdana Menteri Tonga, Siaosi Sovaleni/Net
Perdana Menteri Tonga, Siaosi Sovaleni tiba-tiba mengundurkan diri di parlemen menjelang mosi tidak percaya yang direncanakan terhadap kepemimpinannya.
Sovaleni, yang menjabat sejak 2021 itu tidak menyebutkan alasan pengunduran dirinya, tetapi keputusannya telah menghentikan mosi tidak percaya yang diperkirakan akan diajukan hari ini, Senin, 9 Desember 2024.
Ketika ditanya apakah keputusannya didorong oleh ketidaksetujuan dengan raja Tupou VI, Sovaleni mengatakan bahwa perbedaan pandangan adalah hal yang wajar, tetapi tidak yakin bahwa itu adalah alasan utamanya.
Dia juga mengaku masih tidak tahu mengapa ia dan menteri luar negeri kehilangan kepercayaan raja awal tahun ini.
"Tetapi kami tetap menghormati Yang Mulia. Apa pun yang kami lakukan, kami selalu mempertimbangkan hubungan itu. Jadi mungkin Anda bisa bertanya kepada orang lain," ujarnya, seperti dimuat
RNZ.
Pengganti Sovaleni akan dipilih oleh 26 politisi Tonga dalam pemungutan suara. Parlemen terdiri dari 17 orang yang dipilih oleh publik dan sembilan orang bangsawan yang dipilih oleh sekelompok kepala suku secara turun-temurun.
Dalam beberapa bulan terakhir, masa jabatan PM Sovaleni ditandai oleh hubungan yang sulit dengan kepala negara Tonga, Raja Tupou VI.
Meskipun pendahulu raja menyerahkan kekuasaan secara sukarela dalam reformasi demokrasi tahun 2010, Tupou tetap memiliki kewenangan untuk membubarkan parlemen, menunjuk hakim, dan memveto undang-undang.
Raja terkadang menunjukkan ketidakpuasannya terhadap Sovaleni, termasuk dengan menarik kepercayaan kepadanya sebagai menteri pertahanan pada bulan Februari.
Beberapa anggota parlemen pada awalnya mengecam tekanan raja terhadap Sovaleni dan menteri luar negerinya sebagai tindakan yang tidak konstitusional, tetapi keduanya akhirnya mengundurkan diri dari jabatan mereka pada bulan April, meskipun Sovaleni tetap menjabat sebagai perdana menteri.
Sebulan sebelumnya, Sovaleni telah difoto di sebuah upacara adat permintaan maaf kepada raja, tetapi tidak ada pihak yang membahas acara tersebut secara terbuka.
Ketika Tonga menjadi tuan rumah Pertemuan Pemimpin Forum Kepulauan Pasifik pada bulan Agustus, raja sedang bepergian ke luar negeri dan tidak menghadiri konferensi tersebut, yang menurut para analis merupakan penghinaan bagi Sovaleni dan pemerintahannya.