Presiden AS, Joe Biden/Net
Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku pada Rabu, 26 November 2024, pukul 4 pagi waktu setempat.
Menurut pernyataan Presiden Joe Biden, kesepakatan itu berhasil diraih atas upaya mediasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Prancis.
"Kesepakatan tersebut, yang membuka jalan bagi berakhirnya konflik yang telah menewaskan ribuan orang sejak dipicu oleh perang Gaza tahun lalu, dirancang untuk menjadi penghentian permusuhan secara permanen," kata Biden dalam sambutannya di Gedung Putih, seperti dimuat
Gulf Times. Dikatakan bahwa gencatan senjata itu mengharuskan pasukan Israel untuk mundur dari Lebanon selatan dan tentara Lebanon untuk dikerahkan di wilayah tersebut.
Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan sedikitnya 5.000 tentara nasional di Lebanon selatan.
Hizbullah juga akan mengakhiri kehadiran bersenjatanya di sepanjang perbatasan selatan Sungai Litani.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia siap untuk melaksanakan kesepakatan gencatan senjata dan akan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran oleh Hizbullah.
Netanyahu mengungkap ada tiga alasan untuk mengejar gencatan senjata: untuk fokus pada ancaman dari Iran; mengisi kembali persediaan senjata yang menipis dan memberi tentara waktu istirahat; dan untuk mengisolasi gerakan perlawanan Palestina Hamas.
"Dengan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat, kami mempertahankan kebebasan penuh dalam bertindak secara militer. Jika Hizbullah melanggar perjanjian atau berupaya mempersenjatai kembali, kami akan menyerang dengan tegas," tegasnya.
Tidak ada indikasi bahwa gencatan senjata di Lebanon akan mempercepat kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza yang hancur.