SENTIMEN gembira hinggap di seantero negeri usai Timnas Indonesia sukses menaklukkan Arab Saudi di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Shin Tae-Young pelatih pujaan sudah barang tentu sangat berjasa menghadirkan kegembiraan kali ini.
Namun sayangnya, pesta besar dari kancah sepakbola gagal mengangkat optimisme di kalangan pelaku pasar di bursa saham. Sikap optimis sempat muncul di awal sesi perdagangan pagi hingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat moderat.
Secara perlahan dan pasti IHSG kemudian beralih ke zona merah untuk menapak zona penurunan moderat secara konsisten hingga sesi perdagangan sore. IHSG akhirnya menutup sesi Rabu 20 November 2024 dengan turun 0,21 persen dan singgah di 7.180,33. IHSG seakan sedang apes terjebak 'kartu merah' di zona penurunan.
Optimisme investor terlihat sangat rapuh usai mampu mencetak lonjakan signifikan pada sesi perdagangan kemarin. Sementara dari sentimen global dan regional yang mengiringi, jauh dari meyakinkan untuk mempertahankan sikap optimis pelaku pasar.
Gerak positif IHSG akhirnya terkesan kena 'kartu merah' dengan jatuh di zona penurunan. Rilis dari keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan besaran suku bunga di kisaran 6 persen membuat IHSG sedikit mengikis pelemahan. Namun IHSG masih kesulitan beralih ke zona hijau.
Laporan lebih rinci menunjukkan, kinerja saham-saham unggulan yang bervariasi dan cenderung berada di rentang terbatas pada sesi kali ini. Tiga saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan masih mampu mencetak kenaikan: BBCA, ASII dan UNTR.
Sedangkan sejumlah besar saham unggulan lain kembali terpeleset turun, seperti: BMRI, TLKM, BBRI, ADRO, SMGR, ITMG, ICBP dan ISAT.
Laporan terkait memperlihatkan, kinerja tiga saham dari kelompok konglomerasi Aburizal Bakrie yang kembali merosot setelah terpangkas tajam pada sesi perdagangan kemarin. Namun dominasi dari saham-saham group Bakrie kali ini tak terlihat mencolok.
Saham BUMI tercatat menutup sesi dengan turun 2 persen di Rp147, sedangkan BRMS turun 0,45 persen di Rp434 dan DEWA berbalik melonjak 7,96 persen di Rp122.
Secara keseluruhan, sikap optimis pelaku pasar terlihat sulit bertahan di tengah kepungan sentimen keraguan yang sedang menaungi pasar global. Laporan.yang beredar menyebutkan, bursa saham utama Asia yang bergerak bervariasi dalam menutup sesi pertengahan pekan ini.
Indeks Nikkei (Jepang) berakhir dengan melemah 0,16 persen di 38.352,34. Pelaku pasar di Tokyo mendapatkan suntikan sentimen positif dari rilis kinerja ekspor negeri itu yang tumbuh 3,1 persen untuk Oktober lalu atau jauh melebihi ekspektasi pasar. Namun sentimen kejutan tersebut gagal menyelamatkan Indeks dari jurang merah.
Kinerja merah juga terjadi di bursa saham Australia, di mana Indeks ASX200 melemah 0,57 persen di 8.326,3 setelah konsisten menjejak rentang terbatas di sepanjang sesi perdagangan. Gerak positif hanya terjadi di Korea Selatan dengan Indeks KOSPI menanjak 0,42 persen di 2.482,29.
Bervariasi nya indeks di Asia kali ini sekaligus mencerminkan keraguan yang hinggap akibat pola identik yang terjadi sebelumnya di sesi perdagangan Wall Street. Indeks Wall Street kembali mencetak gerak mixed dalam menutup sesi perdagangan sebelumnya, di tengah minimnya sentimen yang tersedia.
Indeks DJIA terpeleset turun 0,28 persen dengan menutup di 43.268,94, sedang Indeks S&P500 naik moderat 0,4 persen di 5.916,98, dan indeks Nasdaq melonjak tajam 1,04 persen di 18.987,47.
Laporan terkait menunjukkan, investor di Wall Street yang mencoba mengandalkan sentimen positif dari kebijakan yang akan diambil pemerintahan Trump menyangkut produk otomotif driverless. Namun sentimen tersebut tak cukup solid untuk meyakinkan pelaku pasar.
Gerak IHSG yang konsisten menjejak di rentang terbatas, sangat seiring dengan situasi yang melingkupi di pasar global.
Investor kini mencoba bertaruh pada rilis neraca transaksi berjalan yang akan dilakukan pada sesi perdagangan Kamis besok untuk menentukan arah gerak IHSG lebih jauh.