Berita

Donald Trummp/Net

Bisnis

Waspada, ASEAN Bisa Terimbas Kebijakan Tarif Impor Trump

JUMAT, 15 NOVEMBER 2024 | 07:57 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2024 bakal berdampak pada perekonomian. 

Meskipun menyambut baik kemenangan Trump, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan bahwa harus antisipasi kebijakan tarif impor tinggi yang akan dikenakan oleh Trump yang  bakal turut menyasar wilayah ASEAN.

"Tidak hanya China, negara-negara ASEAN seperti Vietnam dan lainnya mungkin juga akan dijadikan fokus terhadap pengenaan tarif impor ini," kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, dikutip Jumat 15 November 2024. 

Kekhawatiran mengenai tingginya tarif impor mempertimbangkan kebijakan Trump pada periode pertama jabatannya sebagai Presiden AS.

Trump dikenal dengan kebijakan proteksionisme yang melindungi industri domestik AS dari persaingan luar negeri. Akibatnya, impor dari negara-negara yang memiliki surplus dagang dikenakan tarif tinggi.

Selama kampanye pemilihan umum AS, sebagian besar warga Asia Tenggara memperhatikan dengan saksama janji kampanye Donald Trump untuk mengenakan tarif menyeluruh sebesar 10 persen sampai 20 persen pada impor dari semua negara. 

Ini adalah rencana yang mengkhawatirkan bagi kawasan yang sangat bergantung pada ekspor ke AS.

"Sama seperti waktu Presiden Trump bagian pertama dulu, kebijakan mungkin akan berdampak pada seluruh mitra dagang yang memiliki surplus," ujar Sri Mulyani.

Seluruh negara Asia Tenggara, kecuali Laos, menganggap AS sebagai salah satu dari tiga pasar ekspor teratas mereka.

Oxford Economics, sebuah firma penasihat, baru-baru ini memperkirakan bahwa tarif yang diusulkan Trump dapat menyebabkan penurunan ekspor sebesar 3 persen dari negara Asia selain China. 

Kebijakan fiskal Trump diperkirakan akan cukup ekspansif. Imbal hasil (yield) US Treasury 10 tahun mengalami kenaikan, mencerminkan ekspektasi bahwa APBN Amerika Serikat mungkin akan tetap ekspansif.

Dolar AS juga menguat yang didorong oleh berbagai kebijakan baru Trump, terutama terkait penurunan pajak korporasi, ekspansi belanja untuk sektor-sektor strategis, serta kebijakan tarif impor.

Dari segi kebijakan perubahan iklim, Trump diperkirakan tidak akan seagresif Joe Biden dan Partai Demokrat. Hal ini akan berdampak pada komitmen global terhadap perubahan iklim, seperti peningkatan produksi bahan bakar fosil, harga minyak, serta perkembangan kendaraan listrik dan seluruh rantai pasoknya.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya