Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Pasar Barang Mewah Alami Perlambatan Pertama Sejak Krisis 2008

KAMIS, 14 NOVEMBER 2024 | 12:45 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pasar barang mewah pribadi tahun ini diproyeksikan mengalami perlambatan pertama sejak krisis keuangan tahun 2008.

Proyeksi tersebut merujuk pada laporan tahunan hasil kerja sama firma konsultan Bain & Company dengan asosiasi industri produsen barang mewah Italia, Altagamma, yang dirilis Rabu 13 November 2024.

Dikutip dari RT, laporan tersebut menunjukkan adanya penurunan pasar barang mewah sebesar 2 persen tahun ini, menjadi 363 miliar Euro (Rp6 kuadriliun), di tengah ketidakpastian ekonomi makro dan perlambatan di Tiongkok, yang semuanya membebani belanja konsumen.


Menurut laporan tersebut, tren ini khususnya terasa di kalangan Generasi Z atau generasi zoom yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 akibat biaya yang lebih tinggi dan menurunnya loyalitas pelanggan mendorong pembeli untuk mengurangi pembelian merek-merek mewah.

"Sekitar 50 juta konsumen barang mewah telah keluar dari pasar barang mewah atau dipaksa keluar darinya dalam dua tahun terakhir,” demikian pernyataan laporan tersebut.

Secara keseluruhan, pengeluaran barang mewah di dunia untuk barang-barang seperti pakaian, tas, perhiasan, dan kosmetik diperkirakan tetap stabil tahun-ke-tahun pada tahun 2024 di sekitar 1,5 triliun Euro.

Secara global, pertumbuhan kategori terkuat ditemukan pada produk kecantikan dan kacamata. Perhiasan merupakan kategori barang mewah inti yang paling tangguh, sementara sepatu dan jam tangan mengalami kesulitan.

“Kami memperkirakan hanya sekitar sepertiga merek mewah yang akan muncul pada tahun 2024 dengan pertumbuhan positif, turun dari dua pertiga tahun sebelumnya - banyak merek yang akan mengalami penurunan pendapatan,” tulis Bain & Company.

Berbeda dengan barang-barang pribadi kelas atas, pengeluaran untuk pengalaman mewah, seperti perhotelan dan makan, diperkirakan meningkat tahun ini.

“Untuk mengamankan pertumbuhan di masa depan, merek perlu memikirkan kembali persamaan kemewahan mereka, membangun kembali kreativitas, dan memadukan pedoman lama dan baru,” kata Federica Levato, mitra di Bain & Company.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa pasar-pasar berkembang merupakan peluang pertumbuhan baru yang potensial, termasuk Amerika Latin, India, Asia Tenggara, dan Afrika. 

Secara kolektif, pasar-pasar tersebut diperkirakan akan menambah lebih dari 50 juta konsumen kelas menengah ke atas yang membeli barang mewah pada tahun 2030.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya