Berita

Pertamina Patra Niaga/Ist

Publika

Utang Pertamina Patra Niaga Kalau Bisa untuk Swasembada Energi BBM, Bukan Beli BBM Impor

RABU, 13 NOVEMBER 2024 | 12:54 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

BOLEH-BOLEH saja subholding Pertamina Patra Niaga utang besar-besaran.  Namun harus tetap menjadi perhatian dan diingat siang dan malam, bahkan di dalam mimpi, bahwa Presiden kita Prabowo Subianto ingin membuat Indonesia swasembada energi BBM.

Hal ini adalah misi yang bagus. Dengan demikian maka semua program, termasuk program mencari utang, harus mengarah ke keinginan Presiden yang sekaligus merupakan harapan rakyat Indonesia.

Impor BBM yang selama ini dilakukan Pertamina Patra Niaga memang nikmat. Karena ini adalah pekerjaan yang mudah, siapa pun bisa asal diberikan kewenangan  impor lalu jual, tinggal ambil selisihnya. Untung dah!


Banyak yang mau bayar mahal untuk bisa mendapatkan izin impor. Namun hal ini kurang sebanding dengan begitu banyak privilege yang diterima Pertamina, termasuk kewenangannya untuk nyari utangan sebesar-besarnya. Lah, masa utang untuk membeli barang impor? Itu sangat buruk!

Sebagaimana diketahui bahwa menjadi Dirut subholding Pertamina zaman sekarang memang luar biasa mantap. Karena semua pengelolaan uang, bandul-bandul proyek, belanja-belanja ada di subholding. Apalagi sekarang Dirut subholding boleh utang sesuka hati, untuk belanja, capex (capital expenditures), sebesar-besarnya.

Kalau tidak bisa bayar, maka induk yakni Pertamina yang bayar, kalau Pertamina gak bisa bayar, maka siapa tau utangnya nanti dihapus di bank BUMN. Mungkin bisa?

Sebuah laporan menyebutkan Pertamina Patra Niaga memiliki ketersediaan kas sebesar 2,1 miliar Dolar AS pada akhir tahun 2023, namun jika dibandingkan utang jangka pendek sebesar 3,2 miliar Dolar AS, situasi Patra Niaga cukup buruk.

Dari utang yang jatuh tempo tersebut, 1,5 miliar Dolar AS merupakan pinjaman modal kerja yang dapat diperpanjang dan 1,6 miliar Dolar AS merupakan pinjaman pemegang saham dari Pertamina.

Padahal pembayaran kompensasi pemerintah yang lebih tepat waktu dalam 18 bulan terakhir telah meningkatkan arus kas dan likuiditas PPN. Amortisasi pinjaman berjangka tahunan yaitu sekitar 5 juta Dolar AS pada tahun 2024-2025 dan 1 juta Dolar AS pada tahun 2026-2028.

Pemerintah tepat waktu bayar, tapi PPN kasnya kurang. Mengapa bisa terjadi begini? Apa uang hasil jual minyak mampir ke tempat lain?

Atau keenakan karena ini? Para analis mengatakan bahwa PPN masih bisa utang besar besaran lagi. Karena mempunyai akses terhadap fasilitas notional pooling senilai 1,7 miliar Dolar AS dengan Pertamina dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI, BBB/AAA(idn)/Stabil) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ( BBB/AAA(idn)/Stabil).

PPN melalui Pertamina juga memiliki akses terhadap fasilitas kredit yang dijamin pemerintah sebesar 3 miliar Dolar AS dari Bank Mandiri, BRI dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBB-/AA+(idn)/Stabil). Fasilitas ini masih belum ditarik pada akhir tahun 2023 dan tujuan utamanya adalah untuk mengelola dampak potensi kenaikan harga minyak.

PPN berbagi fasilitas pinjaman bersama dengan Pertamina dan menerima pinjaman pemegang saham dari Pertamina. PPN juga memiliki fasilitas kredit bilateral sekitar 2 miliar Dolar AS dengan berbagai bank. Wah banyak sekali rencana utang Patra Niaga. Pantas saja peringkat utangnya dipesankan bagus supaya bisa pinjam uang yang banyak.

Apalagi nanti ketika Danantara akan menggabungkan Pertamina dengan semua bank BUMN dalam superholding keuangan. Sementara yang paling banyak utangnya ke bank BUMN salah satunya adalah Pertamina dan subholdingnya.

Apa nanti utang Patra Niaga akan tambah besar? Dan akan terus membiayai penjualan BBM impor dengan dana utang kepada bank.

Gawat iki Mas. Kalau bisa satu langkah satu tindakan bagi swasembada BBM. Piye?

Penulis adalah Direktur Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya