Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) disebut-sebut bakal menjadi salah satu badan pengelola investasi besar di dunia.
Badan yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto ini akan mengelola investasi-investasi di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Banyak yang menyebut bahwa Danantara akan seperti Temasek, sebuah badan investasi global yang berkantor pusat di Singapura. Pemerintah sendiri menyatakan bahwa pembentukan Danantara mengambil inspirasi dari Temasek.
Temasek adalah perusahaan holding yang berfokus pada investasi global yang dimiliki oleh pemerintah Singapura. Temasek didirikan pada tahun 1974 untuk mengelola aset dan investasi secara komersial.
Awalnya Temasek hanya mengelola portofolio secara komersial dengan nilai 354 juta Dolar Singapura. Saat ini sudah tumbuh mencapai 389 miliar Dolar Singapura.
Portofolio saham Temasek tak hanya di dalam negeri. Termasuk juga mengendalikan saham perusahaan-perusahaan di luar Singapura.
Adapun sektor investasi Temasek di antaranya transportasi dan industri, layanan keuangan, media dan teknologi, konsumen dan real estate, komunikasi dan ilmu hayati, dan agropangan.
Di Indonesia, Temasek menjadi pemegang saham terbesar kedua di Telkomsel melalui Singapore Telecom Mobile TTE/Singtel.
Bisa dikatakan, Temasek adalah contoh dari pembentukan super holding yang sudah sangat sukses karena memberikan keuntungan bagi Singapura dari investasi-investasinya yang tersebar di banyak negara.
Temasek lahir dari eksperimen pemimpin Singapura Lee Kuan Yew untuk mengelola aset pemerintah yang saat itu berbentuk badan usaha yang dikelola di bawah Kementerian Keuangan Singapura. Saat itu ada 35 perusahaan yang bisa disebut BUMN Singapura. Perusahaan-perusahaan ini terus mengalami pertumbuhan aset dan laba seiring dengan kemajuan ekonomi Singapura.
Dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu, Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, sempat berkomentar soal Danantara.
Menurutnya, pemerintah Singapura sudah membentuk perusahaan model serupa dan menemukan kerangka untuk memastikan bahwa badan usaha milik negara beroperasi secara komersial, dan kemudian memiliki perusahaan induk atau memiliki kerangka untuk menempatkan mereka bersama.
"Ini berhasil bagi kami," kata Wong. Namun, ia mengingatkan, Singapura bukanlah satu-satunya negara yang berhasil mengambil model investasi seperti itu.
Ia pun menilai bahwa pemerintah Indonesia harus mengambil contoh model bisnis ini sebanyak-banyaknya, jangan hanya dari Singapura.
"Jadi saya tidak yakin apakah Indonesia hanya perlu mencontoh kami saja. Masih banyak model lain yang bisa ditelaah, banyak contoh yang bisa dipelajari," kata Wong.
Ia juga mengingatkan bahwa setiap negara memiliki kebutuhan investasi berbeda yang harus dipenuhi via model bisnis tersebut.
Karena itu penting melihat tidak hanya bentuk perusahaan investasinya tapi juga apa yang telah dilakukan dan kebutuhan negara tersebut.
"Anda dapat melihat semua pengalaman ini dan kemudian mengembangkan model Anda sendiri yang dapat diterapkan di Indonesia," kata Wong.
Ia meyakini bahwa Presiden Prabowo akan mengembangkan model yang efektif yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia.