SETELAH seluruh dunia menunggu Vladimir Putin bersuara tentang
kemenangan Donald Trump di Amerika, akhirnya kemarin Putin memberikan
suaranya atas Trump.
Putin, dalam sebuah Forum di Black Sea
Resort, Sochi, Rusia, sebagaimana diberitakan The
Guardian, mengagumi Trump.
“He turned out to be a
courageous person,” said Putin, referencing Trump’s conduct after a
gunman fired shots at him during a campaign rally in Butler,
Pennsylvania on 14 July. “People show who they are in extraordinary
circumstances. This is where a person reveals himself. And he showed
himself, in my opinion, in a very correct manner, courageously. Like a
man."
Berbagai media dunia menjadikan istilah
"
courageous man" atau di media kita diterjemahkan
sebagai "lelaki sejati" adalah pujian Putin kepada Trump.
Memang
di usia tua, 78 tahun, Trump ketika ditembak saat kampanye, sehingga
melukai kupingnya kala itu, mengundang kekaguman semua lelaki. Bukannya
Trump ketakutan, malah saat dibopong ke ambulans, Trump masih sempat
berteriak "
fight, fight, fight".
Dalam
kampanye-kampanyenya setelah penembakan, Trump tetap seperti lelaki,
terus menerus menunjukkan ekspresi dirinya secara sejati, tidak
berpura-pura.
Istilah lelaki sejati memang saat ini cenderung
tidak populer. Di dunia semakin banyak lelaki menyukai
"
flexing", mempercantik wajah dan tubuh ke
salon-salon kecantikan.
Televisi dan medsos juga menjadi ajang
lelaki kewanitaan semakin semarak menguasai ruang publik. Lelaki cantik
semakin hari semakin banyak jumlahnya. Bahkan, dalam elit kekuasaan,
kelompok ini semakin besar pengaruhnya.
Tentu saja pilihan kata
itu oleh Putin merupakan pilihan yang dirancang. Rusia sudah
berkali-kali menuduh Amerika dan Barat sebagai eksportir homoseksual dan
Transgender ke seluruh dunia. Ideologi barat, kata mereka adalah
homoseksual.
Putin sendiri di dalam negeri sering memenjarakan
orang-orang homoseksual. Lelaki sejati adalah lelaki yang "jantan"
seperti dikenal di masa lalu, menurutnya.
Ucapan lelaki sejati
Putin kepada Trump tentu karena Trump seperti Putin. Trump adalah
pembenci lelaki bersifat kewanitaan, apalagi homoseksual. Pada saat
berkuasa term pertama dulu, Trump menutup semua toilet homoseksual, di
seluruh kampus dan publik. Kata Trump, hanya ada toilet laki atau
perempuan, tidak ada yang lain. Trump juga mencegah pengadilan
membebaskan perkawinan sesama jenis.
Bedanya Trump dan Putin soal
lelaki sejati dalam perspektif homoseksual didasarkan fundamentalnya.
Trump mengatakan dia sebagai penganut Evangelis yang taat. Agama
Protestan garis keras di USA. Agama ini anti aborsi dan anti homosex,
sebaliknya pro keharmonisan keluarga.
Sebaliknya Putin mungkin seperti Hitler, yang secara naluri kelelakian, yakni lelaki harus jadi lelaki jantan.
Melihat
tatapan wajah Putin dan Trump tentu melihat seperti mata harimau,
tajam. Mereka terkenal dengan berbicara sambil melihat lawan bicaranya
dengan tajam. Bibir dan mata seirama. Matanya tidak pernah sayu dan
lembut. Keduanya juga manusia yang selalu satu kata dengan perbuatannya.
Ketika
Putin mengatakan akan menghancurkan Ukraina jika NATO mengekspansi
keanggotaannya sampai ke negara tetangga Rusia, maka Rusia menyerang.
Dan itu terjadi.
Trump juga demikian, ketika dia percaya Bangsa
Israel adalah bangsa spesial di mata Tuhannya, dan Tuhannya sudah
memutuskan Yerusalem sebagai ibukota Israel 3.000 tahun lalu, maka dia
memindahkan Kedutaan Amerika di sana ke Yerusalem beberapa tahun lalu.
Trump dan Putin bukan manusia Paradoks. Meskipun mereka sangat dibenci lawan politiknya.
Trump
sendiri adalah pengagum Putin (dan Viktor Orban, Presiden Hungaria).
Trump, Putin dan Orban mempunyai barisan pemimpin dunia bernuansa fasis,
Prime Minister Giorgia Meloni, Italia, Austrian Chancellor Karl
Nehammer, Geert Wilders, Belanda, Le Pen, Prancis yang sama. Mereka akan
segera menguasai dunia.
Untungnya Trump sudah merevisi sikapnya
terhadap imigran dan Islam. Trump bertemu Khabib, petinju gulat dunia,
untuk minta didukung, beberapa waktu lalu. Dan Trump janji ke Khabib
menyelesaikan urusan Israel-Palestina dengan baik.
Trump, dalam
pidato kemenangan di Palm Beach, Florida, 6/11 juga berterima kasih pada
Bangsa Afrika-Amerika, Bangsa Asia-Amerika, Umat Islam yang memilihnya.
Ini pertanda fasisme dan rasisme Trump berkurang di kepemimpinan jilid
duanya. Ditambah lagi, wakilnya Vence adalah anti fasis dan istrinya
orang Telugu, India.
Dunia tentu cemas dengan kehadiran Trump.
Saya juga cemas dengan kematian demokrasi ke depan. Tapi lebih baik
dunia di tangan lelaki sejati, merujuk pada istilah Putin. Dalam
kepemimpinan lelaki sejati tidak ada paradoks. Kita bisa memprediksi
masa depan kita secara lebih terukur.
Selamat atas kemenangan Trump.
Penulis adalah Direktur Eksekutif Sabang Merauke Circle