Ilustrasi (Foto: finance.yahoo.com)
SENTIMEN dari kemenangan Donald Trump dalam pilpres AS, nampaknya akan berbuntut panjang di pasar global. Setelah pasar saham Wall Street melambung curam dan indeks Dolar AS melonjak tajam, kini pasar mata uang digital alias crypto yang turut melambung.
Adalah Bitcoin, mata uang digital terbesar Dunia yang kini melambung tajam hingga berada di atas kisaran $75.000 yang sekaligus merupakan rekor tertingginya sepanjang sejarah. Serangkaian laporan yang beredar menyebutkan, harga Bitcoin yang berpeluang besar untuk menembus level psikologisnya di kisaran$100.000 (lebih dari Rp1,5 milyar) dalam waktu tak terlalu lama menyusul kemenangan Trump.
Sebagaimana laporan yang beredar sebelumnya, Trump yang dalam sebuah kesempatan menyatakan tekadnya untuk membuat sejumlah program nasional yang pro terhadap mata uang digital. Yaitu meluncurkan program cadangan nasional Bitcoin dan mengharuskan penambangan Bitcoin di wilayah AS.
Tekad Trump tersebut membuat pasar Bitcoin antusias hingga mendorong aksi akumulasi agresif usai dinyatakannya kemenangan Trump. Sejumlah pelaku pasar kini bahkan meyakini, harga Bitcoin akan segera menembus level psikologis nya di $100.000. Sementara, pantauan terkini menunjukkan, Harga Bitcoin yang masih bertengger di kisaran $75.000-an.
Catatan RMOL memperlihatkan, harga Bitcoin yang sempat melonjak sekitar 10 persen sejak diumumkan nya kemenangan Trump dengan menyentuh kisaran $76.800. Optimisme pelaku pasar Bitcoin terlihat jauh lebih ganas ketimbang di Bursa Wall Street dalam menyambut Trump.
Pesta di Wall Street dan crypto currency terkesan kurang berseiring dengan situasi di bursa saham Asia dan Indonesia. Laporan terkini dari sesi perdagangan penutupan pekan ini, Jumat 8 November 2024 menunjukkan, kinerja Indeks yang mixed. Dengan bursa saham Hong Kong merosot tajam hingga 1 persen, pelaku pasar di Asia terlihat kesulitan mendapatkan pijakan untuk bertahan optimis.
Hingga sesi perdagangan sore ditutup, Indeks Nikkei (Jepang) tercatat hanya naik moderat 0,3 persen di 39.500,37, sementara indeks ASX200 (Australia) melonjak 0,84 persen di 8.295,1, dan indeks KOSPI (Korea Selatan) yang justru turun tipis 0,14 persen di 2.561,15. Beruntungnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu melonjak tajam di tengah mixed nya sentimen di Asia.
IHSG tercatat menutup sesi dengan melonjak 0,6 persen dengan menginjak posisi 7.287,19 setelah mampu konsisten menapak penguatan signifikan di sepanjang sesi perdagangan. Tinjauan lebih rinci menunjukkan, sejumlah besar saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan yang masih bergulat di zona merah, seperti: BBRI, BBCA, BMRI, TLKM, BBNI, ADRO, ASII, ISAT serta PGAS.
Rupiah Konsisten MenguatPerforma gemilang IHSG terlihat seirama dengan situasi di pasar uang. Nilai tukar Rupiah terpantau konsisten menjejak zona penguatan. Namun gerak menguat Rupiah sempat terkikis di pertengahan sesi perdagangan. Secara keseluruhan, Rupiah masih mampu memperlihatkan gerak hijau di sepanjang sesi.
Sentimen dari ketidakpastian yang mendera mata uang utama dunia menjadi sebab dari terhambat nya Rupiah untuk menguat lebih tajam. Hingga ulasan ini disunting, Rupiahasih ditransaksikan di kisaran Rp15.665 per Dolar AS atau menguat 0,41 persen.
Penguatan Rupiah kali ini terjadi di tengah kecenderungan melemahnya mata uang Asia. Laporan lebih jauh menunjukkan, penguatan Rupiah yang hanya kalah dibanding mata uang Ringgit Malaysia yang sore ini melonjak hingga 0,45 persen.
Tinjauan teknikal menunjukkan, penguatan Rupiah yang kali ini lebih dilatari potensi teknikal usai mengalami serangkaian pelemahan dalam beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya. Pada sesi perdagangan pekan depan, Rupiah diyakini akan lebih bergantung pada sentimen pasar global di tengah minimnya sentimen dari rilis data perekonomian domestik.