Donald Trump & Jerome Powell (Foto: Bloomberg.com)
OPTIMISME masih mencoba bertahan dalam sesi perdagangan di Wall Street. Sentimen dari kemenangan Trump seolah sedang memaksa investor untuk terus melakukan aksi akumulasi. Namun semuanya tentu ada batasnya. Situasi yang sama terlihat pada bursa Wall Street, di mana sejumlah investor mencoba melanjutkan aksi akumulasi, namun mulai tertahan.
Perhatian investor bahkan mulai bergeser pada kebijakan The Fed yang akhirnya menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen untuk kini berada di kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen. Dalam keterangannya, pimpinan The Fed, Jerome Powell mengklaim pihaknya meyakini situasi perekonomian yang baik dengan target inflasi di kisaran 2 persen segera tercapai.
Langkah The Fed tersebut, sebelumnya telah diperkirakan dan diantisipasi pelaku pasar, dan oleh karenanya sambutan investor terlihat tak terlalu antusias. Gerak Indeks akhirnya masih cenderung bertahan positif dengan indeks DJIA berakhir flat setelah turun sangat tipis 0,00 persen di 43.729,34, sementara indeks S&P500 melonjak 0,74 persen untuk menutup di 5.973,1, dan indeks Nasdaq yang kembali melompat tajam 1,51 persen dengan menyisir posisi 19.269,46.
Sentimen Trump dan penurunan suku bunga The Fed terkesan surut dari perhatian investor. Namun sentimen lanjutan datang dari relasi pimpinan The Fed, Jerome Powell dengan Trump. Catatan menunjukkan, pada era Presiden Trump tahun 2019 lalu, Gedung Putih yang berniat mendepak Jerome Powell dari kursi pimpinan The Fed akibat kebijakan nya yang dinilai tak seiring dengan keinginan Trump.
Namun konstitusi tidak memungkinkan Trump memecatnya, Jerome Powell akhirnya bertahan dan bahkan diperpanjang oleh Presiden Joe Biden yang melengserkan Trump dari Gedung Putih. Situasi kini berbalik, Trump terpilih kembali dan relasi dengan Powell tentu menjadi sorotan investor.
Dalam kesempatan wawancara, Powell mengklaim bahwa dirinya takkan mundur dari The Fed meski ada tekanan dari Presiden Trump. Konstitusi AS, membuat Jerome Powell memiliki kesaktian untuk bertahan di jabatannya. Dan Trump diyakini tak akan berkutik.
Di tengah serangkaian situasi tersebut, pelaku pasar mencoba bertahan optimis, dan upaya yang sama terlihat di sesi perdagangan penutupan pekan ini di Asia, Jumat 8 November 2024. Pantauan lebih jauh menunjukkan, kinerja Indeks di Asia yang masih mampu bertahan positif dengan cenderung berada di rentang moderat.
Minimnya sentimen dari kawasan regional memaksa pelaku pasar mengandalkan sentimen dari mulai terbatasnya optimisme di sesi perdagangan Wall Street. Hingga sesi perdagangan siang ini berlangsung, Indeks Nikkei (Jepang) tercatat naik moderat 0,27 persen di 39.488,99 sementara Indeks KOSPI (Korea Selatan) menguat 0,11 persen di 2.567,48, dan indeks ASX200 (Australia) melompat 0,91 persen di 8.301,0.
Pola lebih optimis menghampiri sesi perdagangan di Jakarta, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang secara agak mengejutkan mampu mencetak kenaikan signifikan dan konsisten di sepanjang sesi pagi. IHSG kemudian menutup sesi pagi ini dengan naik tajam 0,94 persen di 7.311,67. Pantauan lebih jauh memperlihatkan, kinerja saham unggulan yang masih bervariasi. Sebagian saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan mencetak kenaikan, seperti: BBRI, TLKM, UNTR, serta UNVR. Sedang saham unggulan lain masih terpeleset merah seperti: BMRI, BBCA, ADRO, BBNI, INDF, ASII, ISAT, PGAS, serta PTBA.
Powell Angkat RupiahSentimen dari penurunan suku bunga oleh The Fed akhirnya mampu dimaksimalkan oleh pasar uang global. Pantauan menunjukkan, nilai tukar mata uang utama dunia yang kompak berbalik menguat signifikan usai rilis keputusan The Fed yang dilakukan Jerome Powell.
Namun lonjakan seragam pada mata uang global terlihat gagal menjalar sempurna hingga sesi perdagangan di Asia akhir pekan ini. Sejumlah besar mata uang Asia tercatat masih terperosok merah dalam rentang moderat. Terkhusus Rupiah, gerak penguatan justru mampu berlangsung konsisten di sepanjang sesi pagi ini.
Hingga ulasan ini disunting, Rupiah masih diperdagangkan di kisaran Rp15.679 per Dolar AS atau melonjak 0,32 persen. Gerak menguat Rupiah kali ini sekaligus kelanjutan dari penguatan signifikan yang berhasil dicetak pada sesi perdagangan kemarin.
Sementara pantauan pada mata uang Asia memperlihatkan, nilai tukar Ringgit Malaysia yang membukukan lonjakan penguatan tertajam dengan melambung hingga 0,51 persen hingga siang ini dan Peso Filipina mengalami pelemahan terburuk dengan merosot 0,41 persen.