Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Mengapa Israel memiliki Pertahanan Udara yang Kuat

RABU, 30 OKTOBER 2024 | 20:01 WIB | OLEH: CHAPPY HAKIM

SUDAH sejak lama Israel dikenal sebagai sebuah negara yang memiliki sistem pertahanan udara (sishanud) yang kuat dan canggih. Pagelaran sishanud Israel yang kuat dan canggih ini bermula dari pemahaman David Ben Gurion, pendiri sekaligus pejabat Perdana Menteri pertama negara Israel pada tahun 1948.

David Ben Gurion berpendapat bahwa sebagai negara yang kecil berada ditengah banyak negara di sekelilingnya Israel harus memiliki sistem keamanan nasional dan pertahanan negara yang kuat.   

David Ben Gurion berpendapat bahwa Standar Hidup yang Layak dan kemerdekaan dalam kehidupan spiritual, budaya, ekonomi dan politik sangat tidak mungkin tanpa Full of Aerial Control atau menguasai penuh wilayah udara teritorial negara.  

Berangkat dari pemahaman itulah maka Israel sejak awal berdiri sudah membangun sishanud yang kuat dan mengembangkan kekuatan Angkatan Udara nya dengan merujuk kepada sistem yang total dan mengaplikasikan teknologi militer mutakhir yang tangguh.   

Di sinilah Israel kemudian memenuhinya dengan landasan pembentukan institusi Think Tank Keamanan Nasional yang berjalan beriringan dengan mekanisme kegiatan Research & Development, penelitian dan pengembangan.

Konvensi Chicago dan Konvensi Paris

Pemahaman tentang penguasaan penuh terhadap kawasan udara wilayah teritorial negara David Ben Gurion adalah sejalan dengan Konvensi Chicago 1944 yang menjelaskan bahwa kedaulatan negara di udara adalah komplit atau penuh dan eksklusif.   

Artinya, bahwa dalam wilayah udara sebuah negara sama sekali tidak ada ruang yang dapat atau boleh digunakan negara lain tanpa ijin. Konvensi Chicago 1944 tersebut merupakan penegasan dari apa yang telah disepakati dan dicantumkan dalam Konvensi Paris 1919 tentang kedaulatan negara di udara. Kedaulatan negara di udara yang komplit dan eksklusif.  

Kedua konvensi tersebut merupakan kesepakatan negara negara di dunia terutama negara negara yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam perang dunia pertama tahun 1914-1918 dan perang dunia ke dua tahun 1939-1945.  

Semua negara peserta konvensi sepakat bahwa wilayah udara teritorial negara tidak boleh digunakan negara lain tanpa ijin. Pengalaman perang dunia pertama dan perang dunia kedua menunjukkan wilayah udara teritorial sebuah negara merupakan wilayah yang sangat rawan terhadap ancaman keamanan dan pertahanan nasional.  

Itu sebab utama dari mengapa wilayah udara diatas teritorial sebuah negara harus sepenuhnya berada dibawah pengelolaan penuh dari sebuah kekuasaan negara.   

Negara berdaulat di udara dalam arti leluasa melaksanakan Control of The Air, Use of Airspace and Law Enforcement. Melaksanakan pengawasan wilayah, memanfaatkan ruang udara dan menegakkan hukum di udara. Pemahaman yang telah digaris bawahi oleh pendiri negara Israel David Ben Gurion

Doktrin Begin

Menachem Begin, Perdana Menteri Israel yang menjabat sejak tahun 1977 sampai dengan 1983 tidak saja dikenal sebagai pemenang hadiah nobel perdamaian, akan tetapi juga terkenal sebagai pemimpin Israel yang memiliki pemikiran mendalam tentang Keamanan Nasional Israel yang kemudian populer dengan sebutan Doktrin Begin.   

Doktrin Begin menyebutkan bahwa tidak ada satu negarapun di kawasan Timur Tengah yang boleh mengembangkan sistem senjata Nuklir.   

Pengembangan sistem senjata nuklir di kawasan Timur Tengah dianggap sebagai ancaman serius terhadap perdamaian di Timur Tengah, khususnya bagi keamanan nasional Israel.

Implementasi dari Doktrin Begin adalah sebuah operasi udara spektakuler yang didemonstrasikan oleh unit satuan udara IAF-Israeli Air Force dalam Operasi Babylon tanggal 7 Juni 1981.   

Operasi ini berhasil dengan sukses menghancurleburkan reaktor nuklir Irak di Osirak.  Ketika itu IAF menggunakan dua jenis pesawat tempur yaitu canggih F-15 dan F-16 terbang low level flight menerobos wilayah udara kedaulatan Yordania dan Arab Saudi tanpa ijin.  

Lebih kurang sekitar waktu maghrib reaktor nuklir Irak di Osirak luluh lantak di serang unit tempur IAF yang hanya memerlukan waktu 2 menit saja di atas Osirak dan kemudian kabur kembali dengan selamat ke homebase, pangkalan induk IAF.

Serangan udara spektakuler, sebagai sebuah operasi udara paling canggih sepanjang sejarah di abadikan dalam sebuah buku berjudul “Two Minutes Over Baghdad”.  

Sebuah buku nyaris berwujud dokumentasi detil dari pelaksanaan  operasi udara yang ditulis oleh Amos Pearlmutter, Michael Handle dan Uri Bar Joseph.  Buku ini dikenal sebagai buku yang menguraikan The true story of the Daring Destruction of the Iraqi Nuclear Plant.

Menachem Begin mengimplementasikan doktrinnya secara konsisten pada senja hari tanggal 7 Juni tahun 1981. Doktrin yang merupakan penegasan terhadap pemahaman Ben Gurion bahwasanya Israel harus mampu untuk melakukan Full of Aerial Control demi standar hidup yang layak dan kemerdekaan dalam kehidupan spiritual, budaya, ekonomi dan politik.

Demikianlah, hingga sekarang ini dalam kancah konflik di Timur Tengah masyarakat dunia menyaksikan betapa sebuah negara kecil bernama Israel sanggup bertahan dalam menghadapi hakikat potensi ancaman dari negara negara di sekelilingnya.   

Setidaknya kita dapat dengan mudah memetik pelajaran dari itu semua bahwa wilayah udara di atas teritorial sebuah negara sangat menentukan eksistensi dan martabat serta kehormatan sebagai sebuah bangsa.   

Wilayah udara diatas teritorial sebuah negara dengan alasan apapun tidak boleh didelegasikan pengelolaannya kepada negara lain. Hanya bersikap seperti itu harkat dan martabat sebuah bangsa dapat terjaga kehormatannya.   

Itulah gambaran umum, walau hanya sekilas yang dapat menjawab dengan loud and clear tentang mengapa Israel memiliki sistem pertahanan udara yang kuat.

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

Karangan Bunga untuk Ferry Juliantono Terus Berdatangan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:24

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

UI Buka Suara soal Gelar Doktor Kilat Bahlil Lahadalia

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:21

Akbar Faizal Sindir Makelar Kasus: Nikmati Breakfast Sebelum Namamu Muncul ke Publik

Senin, 28 Oktober 2024 | 07:30

Promosi Doktor Bahlil Lahadalia dan Kegaduhan Publik: Perspektif Co-Promotor

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:56

Pemuda Katolik Tolak Program Transmigrasi di Papua

Rabu, 30 Oktober 2024 | 07:45

UPDATE

Gali Potensi, Pemuda Diharapkan Raih Peluang Dunia Digital

Kamis, 31 Oktober 2024 | 14:02

Pelaku Mutilasi di Jakut Ditangkap di Rumahnya

Kamis, 31 Oktober 2024 | 13:55

Mendagri Tugasi Ribka Haluk Urus Papua dan Bima Arya Dukcapil

Kamis, 31 Oktober 2024 | 13:51

Pendapatan Terus Merosot, Dropbox akan PHK 20 Persen Tenaga Kerja

Kamis, 31 Oktober 2024 | 13:42

Senator Jabar Ajak Stakholder Aktif Wujudkan Pilkada Berkualitas

Kamis, 31 Oktober 2024 | 13:38

Maarten Paes Sabet Penghargaan Save of The Year di MLS

Kamis, 31 Oktober 2024 | 13:27

Apindo Keberatan UMP 2025 Naik 10 Persen, Pengusaha Usulkan Formula Ini

Kamis, 31 Oktober 2024 | 13:24

Ini Detik-detik Mobil tvOne Diseruduk Truk di Tol Pemalang

Kamis, 31 Oktober 2024 | 13:20

DKPP Minta Penyelenggara Pemilu Satu Frekuensi Menjaga Integritas

Kamis, 31 Oktober 2024 | 13:05

Xiaomi Luncurkan HyperOS 2, Sistem Operasi yang Dibanjiri Ai

Kamis, 31 Oktober 2024 | 13:00

Selengkapnya