Nilai dana kelolaan atau Asset Under Management (AuM) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dari dana investasi nasional, termasuk di BUMN, diyakini bakal menyaingi negara-negara maju.
Hal itu disampaikan Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu saat berbicara dalam acara Puncak Dies Natalis Ke-15 dan Lustrum III Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) di Sleman, Senin 28 Oktober 2024.
Mengenai besarannya, ia mengatakan hal itu akan diumumkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Nanti akan diumumkan oleh Presiden berapa dana yang kita kumpulkan dari saham kita, 'capital' (modal) kita di Pertamina, di PLN, di BUMN-BUMN, dana pensiun dan sebagainya," ujar Anggito.
Menurutnya, hampir semua negara yang melakukan konsolidasi seluruh aset keuangan maupun investasi pemerintah mampu meningkatkan keuangan negara menjadi lebih besar.
Saat ini, Norwegia menempati urutan pertama negara yang berhasil mengonsolidasikan aset keuangannya. Melalui Norges Bank Investment Management (NBIM), negara itu mampu mengumpulkan dana kelolaan mencapai 1.700 miliar dolar AS.
Kemudian diikuti oleh Tiongkok lewat China Development Bank dengan dana kelolaan yang mencapai 1.240 miliar Dolar AS.
Urutan ketiga adalah Uni Emirat Arab lewat Abu Dhabi Investment Authority dengan dana kelolaan yang mencapai 993 miliar Dolar AS), lalu Arab Saudi lewat Public Investment Fund (PIF) sebesar 847 miliar Dolar AS.
Qatar menempati urutan berikutnya lewat Investment Authority yang mampu mengumpulkan dana kelolaan sebesar 765 miliar Dolar AS, diikuti dengan Rusia lewat National Wealth Fund (NWF) sebesar 510 miliar Dolar AS.
Lalu Singapura lewat Temasek-nya dengan 332 miliar Dolar AS, kemudian Kuwait Fund for Arab Economic Development sebesar 302 miliar Dolar AS, dan selanjutnya Malaysia lewat Khazanah sebesar 30 miliar Dolar AS.
Anggito memperkirakan posisi Indonesia kelak akan berada di tengah-tengah itu.