Presiden Rusia, Vladimir Putin/Net
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyampaikan apresiasinya terhadap potensi kekuatan ekonomi negara-negara anggota BRICS.
Dalam KTT BRICS yang berlangsung di Kazan, Rusia, Putin juga mengajukan sejumlah inisiatif, termasuk pembentukan bursa biji-bijian bersama serta platform investasi untuk aliansi tersebut.
Aliansi BRICS yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, kini memperluas keanggotaannya dengan menambahkan Iran, Mesir, Ethiopia, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.
Permohonan keanggotaan resmi juga telah diajukan oleh Turki, Azerbaijan, dan Malaysia. Sementara beberapa negara lain menunjukkan ketertarikan untuk bergabung, termasuk Indonesia.
Melihat potensi besar tersebut, Putin optimistis bahwa pusat ekonomi global perlahan akan bergeser ke pasar-pasar berkembang, dengan menciptakan model multipolar baru yang berpotensi melahirkan gelombang pertumbuhan di negara-negara Global South. Termasuk negara-negara anggota BRICS.
“Pusat aktivitas bisnis secara bertahap bergeser ke arah pasar-pasar berkembang, sebuah model multipolar yang meluncurkan gelombang pertumbuhan baru. Terutama di negara-negara di Selatan dan Timur dan, tentu saja, di negara-negara BRICS kini sedang dibentuk,” kata Putin, pada Rabu 23 Oktober 2024.
Ia juga menekankan perlunya pendekatan seimbang terhadap isu iklim untuk menghindari penggunaan agenda lingkungan sebagai alat persaingan ekonomi.
KTT yang berlangsung selama 3 hari ini dihadiri oleh 36 negara. Kremlin mengklaim pertemuan ini sebagai perhelatan kebijakan luar negeri terbesar yang pernah digelar Rusia, dan memperkuat peran BRICS sebagai penyeimbang tatanan global yang dianggap terlalu didominasi Barat.
Dalam pertemuan tersebut, Rusia juga mengusulkan pembentukan sistem pembayaran baru sebagai alternatif SWIFT, guna memungkinkan Moskow menghindari sanksi Barat dan tetap berdagang dengan negara-negara mitra.