Komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam memerangi korupsi yang semakin tumbuh subur di Indonesia patut didukung sebagai upaya perbaikan penegakan hukum.
Dikatakan pegiat antikorupsi, Hardjuno Wiwoho, korupsi di Indonesia bukan hanya tentang perilaku individu, tetapi juga mencerminkan lemahnya sistem dan kurangnya teladan dari pemimpin.
Menurutnya, Presiden Prabowo yang mengutip pepatah "ikan busuk dari kepala" sudah menunjukkan sindiran terbuka terhadap begitu akutnya masalah korupsi di Indonesia.
"Pepatah itu mengisyaratkan bahwa jika ada kerusakan atau keburukan dalam suatu sistem, terutama dalam hal ini negara, maka kerusakan tersebut sering kali dimulai dari pimpinannya," kata Hardjuno kepada wartawan, Selasa, 21 Oktober 2024.
Pidato Prabowo, kata Hardjuno secara tidak langsung menyoroti bahwa selama ini masih banyak pemimpin yang belum memberi contoh baik dalam hal integritas dan pemberantasan korupsi.
"Bahkan banyak dari mereka yang justru terjerat kasus korupsi itu sendiri," tuturnya.
Hardjuno menyinggung sejarah korupsi di Indonesia telah menunjukkan banyak contoh di mana para pejabat tinggi, termasuk pemimpin di tingkat nasional, terlibat dalam skandal korupsi yang merugikan negara.
Menurutnya, korupsi di Indonesia kini berjamaah. Salah satu pemicunya lemahnya sistem dan kurangnya teladan dari pemimpin.
"Jika seorang pemimpin tidak bersikap tegas dan berintegritas dalam menegakkan hukum, maka ini akan merembes ke bawah dan mempengaruhi seluruh aparat negara," tuturnya.
"Inilah yang dimaksud dengan 'ikan busuk dari kepala', kerusakan di pucuk pimpinan bisa dengan mudah menyebar ke seluruh bagian," tandasnya.