Ketua Umum Serikat Buruh Nasional Indonesia (SBNI), M. Yusro Kazhim/Istimewa
Kaum buruh akan terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa meski tidak duduk di kursi kabinet.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Serikat Buruh Nasional Indonesia (SBNI), M. Yusro Kazhim, menyusul kritik yang menyebut buruh sering diabaikan dalam susunan kabinet pemerintah.
"Apakah masuk kabinet adalah satu-satunya bentuk kontribusi buruh dalam pembangunan bangsa? Tentu tidak! Buruh, sebagai salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia, tidak memerlukan kursi kabinet untuk menunjukkan bahwa mereka adalah kekuatan besar dalam pembangunan negara," ujar Yusro dalam keterangannya, Sabtu, 19 Oktober 2024.
Ia menekankan bahwa buruh terus berperan aktif menggerakkan perekonomian, mulai dari mengoperasikan pabrik hingga membangun infrastruktur, tanpa harus mengenakan jas dan dasi di ruang kabinet.
"Saat pandemi Covid-19 melanda, siapa yang tetap bekerja di lini depan pabrik-pabrik, memproduksi masker, alat kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari?" tegasnya.
Menurut Yusro, anggapan bahwa buruh diabaikan hanya karena tidak masuk kabinet adalah pandangan yang sempit. Buruh terus berjuang dan bekerja keras tanpa harus berada di posisi elite.
"Sebagai pemimpin serikat buruh, saya tidak menilai kesuksesan buruh dari seberapa banyak jabatan yang mereka pegang dalam pemerintahan, tetapi dari seberapa besar dampak kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan buruh," katanya.
Lebih lanjut, Yusro mengingatkan agar buruh tidak dijadikan alat politik semata dalam setiap siklus pemilu. Menurutnya, yang diperlukan buruh bukan sekadar representasi dalam kabinet, melainkan kebijakan yang pro-buruh, seperti upah layak dan perlindungan hak-hak buruh.
Yusro juga mengingatkan sejarah perjuangan buruh yang sudah berlangsung lama. Dari zaman penjajahan hingga kini, buruh terus berjuang untuk hak-haknya.
"Buruh tetap berkontribusi, tanpa atau dengan jabatan kabinet," tutupnya.