Menkeu China, Lan Fo'an (Foto: bloomberg.com)
Usai mampu beralih menjejak zona penguatan dalam menutup sesi perdagangan pekan lalu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar Rupiah kembali terjebak di rentang terbatas dalam membuka sesi pekan ini, Senin 14 Oktober 2024. Sementara kinerja bursa saham utama Asia cenderung kompak menginjak zona hijau dengan memaksimalkan sentimen dari China, IHSG mencoba melakukan lonjakan tajam.
Serangkaian laporan yang beredar sebelumnya menyebutkan, pemerintahan Beijing pada akhir pekan lalu yang mengumumkan rencana stimulus guna membangkitkan perekonomian terbesar Asia itu. Menteri keuangan China Lan Fo'an menyatakan, pemerintahan Xi Jinping yang memiliki ruang untuk meningkatkan besaran defisit. Pernyataan yang dirilis dalam sebuah konferensi pers yang sangat ditunggu itu lebih jauh mengungkap niatan untuk membangkitkan sektor properti.
Namun demikian, Menkeu China itu masih juga belum mengungkap rincian stimulus yang sedang sangat ditunggu investor. Sementara pada sisi lain, otoritas China yang merilis data inflasi September lalu yang sebesar 0,4 persen dan indeks harga grosir yang turun 2,8 persen. Rilis data tersebut semakin memantik kekhawatiran investor pada lemahnya permintaan China.
Pernyataan menkeu China seakan hendak meredakan kekhawatiran tersebut. Namun kalangan pelaku pasar gagal mendapatkan kepastian dan kejelasan rincian langkah stimulus pemerintahan Xi Jinping. Hingga kini, sejumlah kalangan investor yang memperkirakan besaran stimulus China yang sangat besar hingga lebih dari Rp21.000 triliun guna menghentikan kesuraman perekonomian terbesar kedua dunia itu.
Rangkaian situasi tersebut akhirnya menghantarkan sikap optimis yang berhati-hati di sesi perdagangan Asia pagi ini. Hingga menjelang berakhirnya sesi pagi di Jakarta, indeks KOSPI (Korea Selatan) mampu menanjak tajam 0,95 persen dengan berada di 2.621,46, sedangkan indeks ASX200 (Australia) naik 0,47 persen di 8.253,1. Bursa saham Jepang dilaporkan libur di awal pekan ini.
Optimisme terbatas di sesi Asia tersebut kemudian berimbas pada sesi perdagangan di Jakarta. Pelaku pasar di Jakarta terkesan mencoba mengikuti optimisme yang belum terlalu meyakinkan di Asia. Gerak IHSG akhirnya konsisten berada di rentang moderat di sepanjang sesi pagi. IHSG kemudian menutup sesi pagi dengan menguat 0,52 persen di 7.559,85. Ketiadaan agenda rilis data perekonomian domestik menjadikan IHSG sangat bergantung pada arahan sentimen di Bursa regional.
Pantauan lebih jauh menunjukkan, kinerja sejlah saham unggulan yang bervariasi. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan mampu bertahan di zona hijau, seperti: BBRI, ADRO, PTBA, JPFA, PGAS, BBCA dan BBNI. Sedangkan sejumlah saham unggulan lain tercatat masih kesulitan untuk keluar dari zona merah, seperti: TLKM, ASII, UNTR, BMRI dan SMGR.
Rupiah Kesulitan BangkitPola tak jauh berbeda terjadi pada nilai tukar Rupiah. Pantauan menunjukkan, Rupiah yang konsisten menapak di rentang terbatas hingga siang ini. Kecenderungan pelemahan mata uang utama dunia menyulitkan Rupiah untuk bangkit dan mencetak penguatan tajam.
Pantauan RMOL sebelumnya memperlihatkan, nilai tukar mata uang utama dunia yang kembali merosot dalam menutup sesi pekan lalu. Nilai tukar Euro Poundsterling dan Dolar Australia semakin suram menjejak zona pelemahan. Ketiga mata uang utama dunia tersebut kini telah semakin menembus ke bawah level psikologis nya masing-masing di 1,100, 1,3100, 0,6800. Sedangkan Dolar Kanada turut terseret merah dengan kini rentan menembus ke atas level psikologis di 1,3800.
Situasi suram tersebut dengan mudah menghadirkan tekanan jual pada Rupiah dan mata uang Asia lainnya. Gerak Rupiah akhirnya terkesan mandek, dan sentimen stimulus China gagal menyokong Rupiah untuk berbalik melonjak tajam. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah masih ditransaksikan di kisaran Rp15.579
per Dolar AS atau melemah tipis 0,03 persen.
Sementara laporan dari pasar Asia menunjukkan, kinerja mata uang Asia yang bervariasi dengan kecenderungan berada di rentang moderat. Yuan China, Dolar Singapura, Baht Thailand, Ringgit Malaysia dan Peso Filipina bersama Rupiah masih bergulat di zona pelemahan tipis. Sedangkan Dolar Hong Kong dan Rupee India bertahan menguat sangat tipis dan rentan beralih melemah.