Donald Trump dan isteri, Melania/Net
Menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), Melania Trump kembali menjadi sorotan usai menyatakan dukungannya terhadap hak aborsi.
Pernyataan ini bertentangan dengan posisi suaminya, Donald Trump yang tetap anti-aborsi, menciptakan perdebatan di kalangan pemilih dan analis politik.
Dalam wawancara terbaru, Melania menekankan pentingnya memberikan perempuan hak untuk memilih.
"Sangat penting untuk menjamin agar perempuan memiliki otonomi dalam menentukan pilihan mereka untuk memiliki anak, berdasarkan pendirian mereka sendiri, tanpa intervensi atau tekanan dari pemerintah," ujar Melania seperti dikutip dari laporan AFP pada Selasa, 8 Oktober 2024
Trump memberikan komentar soal perbedaan sikap antara dirinya dan sang istri, ia mengatakan sudah sempat membicarakan topik tersebut dengan istrinya.
“Saya bilang, ‘Kamu harus berpegang teguh pada kata hatimu.’ Saya mengatakan itu ke semua orang: Anda harus mengikuti kata hatimu,” kata Trump pada Fox News.
Sementara itu, Trump sebelumnya mengklaim keberhasilannya dalam menunjuk tiga hakim Mahkamah Agung AS, yang pada 2022 berkontribusi pada pembatalan putusan bersejarah mengenai hak aborsi, Roe v. Wade.
Trump mengecam larangan aborsi enam minggu yang dianggap terlalu ketat dan menolak mendukung larangan aborsi secara nasional, dengan meminta pengecualian untuk kasus pemerkosaan, inses, atau demi melindungi kesehatan ibu.
Dalam debat cawapres pada 1 Oktober lalu, Trump mengunggah di dunia maya bahwa ia akan memveto upaya Kongres untuk menerapkan larangan aborsi nasional.
Trump turut mengatakan bahwa masing-masing negara bagian berhak membatasi aborsi sesuai pilihan mereka, bahkan jika harus membatasi akses seluas mungkin. Nyatanya beberapa negara bagian yang dikuasai Partai Republik sudah melakukannya.
Di sisi lain, Partai Demokrat sebagai lawan Trump melihat hak aborsi menjadi isu strategis yang dapat dimanfaatkan oleh Kamala Harris untuk melawan Trump pada 5 November mendatang.
Hal ini menciptakan kontras yang jelas dengan Harris, yang merupakan pendukung kuat hak aborsi dan berkomitmen untuk menjaga akses terhadap layanan kesehatan reproduksi, serta sering menekankan pentingnya kontrol perempuan atas tubuh mereka.
"Sayangnya bagi perempuan di seluruh Amerika, suami Nyonya Trump dengan tegas tidak sepakat dengannya dan menjadi alasan lebih dari sepertiga perempuan Amerika hidup dengan larangan aborsi Trump." ujar juru bicara tim kampanye Harris, Sarafina Chitika.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dilakukan pada 21-28 Agustus menunjukkan mayoritas pemilih, termasuk 34 persen dari Partai Republik, ingin presiden berikutnya melindungi atau meningkatkan akses aborsi.
Survei Pew Research Center pada September 2023 menunjukkan bahwa sekitar 59 persen pemilih terdaftar mendukung hak aborsi dalam berbagai situasi, sedangkan dukungan untuk larangan total hanya mencapai 26 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa banyak pemilih lebih sejalan dengan pandangan Melania dan Harris dibandingkan dengan posisi Trump.
Perbedaan pendapat ini dapat berdampak signifikan pada pemilih. Beberapa analis politik berpendapat bahwa Melania dapat menarik pemilih moderat dan perempuan muda yang merasa terpinggirkan oleh sikap Trump yang lebih konservatif.
Namun, perbedaan ini juga bisa membingungkan basis pemilih konservatif yang mengharapkan kesatuan dalam visi politik pasangan tersebut.
Penulis adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sedang magang di RMOL.id