Berita

Aktivis Balochistan, Sammul Baloch, yang mewakili Gerakan Nasional Baloch (BNM), berbicara di Sesi ke-57 Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berlangsung di Jenewa, Jumat, 4 Oktober 2024./MPT

Dunia

Pemimpin Dunia Diharap Bertindak Hadapi Penindasan di Balochistan

SELASA, 08 OKTOBER 2024 | 02:51 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Isu penindasan di Balochistan ikut menjadi topik yang dibicarakan di dalam Sesi ke-57 Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berlangsung di Jenewa pekan lalu. 

Seorang aktivis Balochistan, Sammul Baloch, yang mewakili Gerakan Nasional Baloch (BNM), mengecam Pakistan atas pelanggaran hak asasi manusia yang parah di tanah kelahirannya.

Dalam pidatonya dia merinci penindasan yang sedang berlangsung dan menyerukan perhatian internasional dan tindakan mendesak untuk mengatasi situasi tersebut.

Sammul Baloch menyoroti praktik penghilangan paksa yang meluas, di mana ribuan warga Baloch telah diculik oleh pasukan keamanan Pakistan, dan keberadaan mereka masih belum diketahui.

Dia merujuk pada data dari Paank, sebuah organisasi hak asasi manusia Baloch, yang melaporkan bahwa antara Januari 2024 dan Juni 2024, setidaknya 269 orang baik pria, wanita, dan anak-anak telah diculik. Selain itu, 25 orang dibunuh di luar hukum, dan 160 orang menjadi sasaran penyiksaan.

Penghilangan paksa di Balochistan ini bukanlah insiden yang terisolasi; hal itu mencerminkan kampanye yang lebih luas terhadap perbedaan pendapat.

Sammul Baloch menuduh militer dan badan intelijen Pakistan mengatur penculikan ini untuk menekan seruan otonomi. Situasi ini menimbulkan ketakutan di masyarakat lokal dan semakin mengikis kepercayaan pada lembaga negara.

Sammul Baloch juga membahas bagaimana tindakan ini merupakan bagian dari upaya sistematis negara Pakistan untuk melemahkan perjuangan bangsa Baloch untuk menentukan nasib sendiri.

Penggunaan kekuatan militer, pembunuhan yang ditargetkan, dan taktik intimidasi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, tetapi bagian dari kampanye yang sedang berlangsung yang bertujuan untuk membungkam suara Baloch. Dia menunjukkan bahwa tindakan negara tidak hanya menargetkan aktivis politik tetapi juga warga sipil, sehingga menciptakan suasana ketakutan dan penindasan di Balochistan.

Meskipun ada banyak bukti pelanggaran ini, Sammul Baloch menyatakan keprihatinannya atas kurangnya tanggapan internasional. Dia menekankan kegagalan lembaga internasional untuk mengambil tindakan yang berarti terkait krisis Baloch, dengan mencatat bahwa pelanggaran hak asasi manusia ini, yang merupakan genosida, sebagian besar telah diabaikan oleh masyarakat internasional.

"Ketidakpedulian dunia merupakan ketidakadilan yang serius bagi bangsa Baloch," ungkapnya dikutip dari My Press Today

Dalam menutup pidatonya, Sammul Baloch meminta PBB dan masyarakat global untuk meminta pertanggungjawaban Pakistan atas tindakannya di Balochistan.

Ia mendesak Majelis Umum PBB untuk mengeluarkan resolusi kedua yang membahas penindasan sistematis Pakistan terhadap bangsa Baloch dan mendukung pembentukan negara Baloch yang bebas dan berdaulat. Ia menekankan bahwa langkah-langkah tersebut sangat penting dalam mengatasi kekejaman yang sedang berlangsung dan memastikan bahwa hak rakyat Baloch untuk menentukan nasib sendiri ditegakkan.

Penindasan yang sedang berlangsung di Balochistan menggarisbawahi keengganan negara untuk menghadapi kekuatan militernya yang tidak terkendali. Sementara dunia menyaksikan, janji-janji kosong Pakistan tentang keadilan sangat kontras dengan kenyataan suram di lapangan.

Pidato Sammul Baloch menyoroti situasi hak asasi manusia yang serius di Balochistan, menyerukan intervensi segera untuk melindungi bangsa Baloch dari kekerasan dan penindasan yang berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa perjuangan Baloch bukan sekadar masalah regional, tetapi masalah hak asasi manusia dan keadilan global.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

UPDATE

Sinergi Infrastruktur dan Pertahanan Kunci Stabilitas Nasional

Senin, 10 Maret 2025 | 21:36

Indonesia-Vietnam Naikkan Level Hubungan ke Kemitraan Strategis Komprehensif

Senin, 10 Maret 2025 | 21:22

Mendagri Tekan Anggaran PSU Pilkada di Bawah Rp1 Triliun

Senin, 10 Maret 2025 | 21:02

Puji Panglima, Faizal Assegaf: Dikotomi Sipil-Militer Memang Selalu Picu Ketegangan

Senin, 10 Maret 2025 | 20:55

53 Sekolah Rakyat Dibangun, Pemerintah Matangkan Infrastruktur dan Kurikulum

Senin, 10 Maret 2025 | 20:48

PEPABRI Jamin Revisi UU TNI Tak Hidupkan Dwifungsi ABRI

Senin, 10 Maret 2025 | 20:45

Panglima TNI Tegaskan Prajurit Aktif di Jabatan Sipil Harus Mundur atau Pensiun

Senin, 10 Maret 2025 | 20:24

Kopdes Merah Putih Siap Berantas Kemiskinan Ekstrem

Senin, 10 Maret 2025 | 20:19

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Airlangga dan Sekjen Partai Komunis Vietnam Hadiri High-Level Business Dialogue di Jakarta

Senin, 10 Maret 2025 | 19:59

Selengkapnya