Berita

Ilustrasi/RMOL

Bisnis

IMF: Pemangkasan Suku Bunga Bertahap untuk Filipina Sudah Tepat

JUMAT, 04 OKTOBER 2024 | 07:37 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan pelonggaran kebijakan moneter secara bertahap tepat untuk Filipina. 

Hal ini karena inflasi kembali mendekati target bank sentral. 

Bank Sentral Filipina (BSP) memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen pada Agustus. Ini adalah pemangkasan pertama dalam hampir empat tahun karena inflasi mereda.


Kepala Misi IMF Elif Arbatli-Saxegaard mengatakan, dengan inflasi dan ekspektasi inflasi kembali ke target, pemangkasan suku bunga kebijakan secara bertahap dan berkelanjutan sudah tepat. 

"Sepanjang jalur penurunan suku bunga ini, BSP akan tetap penting untuk menambatkan ekspektasi inflasi dalam kisaran target dan tetap bergantung pada data dan tangkas," ujarnya, dikutip dari The Business Times, Jumat (4/10). 

Namun, IMF menolak untuk menyarankan kecepatan dan besaran pemangkasan potensial pada pertemuan penetapan kebijakan BSP pada 16 Oktober dan 19 Desember.

Gubernur BSP Eli Remolona mengatakan pihaknya memiliki ruang untuk melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin dalam satu pertemuan kebijakan, tetapi pemangkasan sebesar itu hanya akan terjadi jika ada kekhawatiran tentang pendaratan keras bagi perekonomian.

Inflasi melambat ke level terendah tujuh bulan sebesar 3,3 persen pada Agustus, dan diperkirakan melambat lebih lanjut pada September, tambah BSP. Bank sentral telah menetapkan target inflasi 2 hingga 4 persen untuk tahun ini dan tahun depan.

IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan 2024 dan 2025 untuk Filipina karena pertumbuhan konsumsi yang lesu pada kuartal kedua. 

"IMF sekarang memperkirakan ekonomi Filipina akan tumbuh sebesar 5,8 persen pada tahun 2024, lebih rendah sebesar 0,2 persen, dibandingkan dengan perkiraan 6 persen pada bulan Juli," ujar Elif Arbatli.

Ini juga lebih rendah dibandingkan dengan target pertumbuhan pemerintah sebesar 6 hingga 7 persen.

Untuk tahun 2025, perkiraan tersebut diturunkan menjadi 6,1 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,2 persen. Namun, Arbatli-Saxegaard menggarisbawahi bahwa penurunan peringkat itu "sangat kecil" dan bahwa negara itu tetap menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan tertinggi di kawasan Asia.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya