Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg dan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte/Net
Setelah memimpin NATO selama 10 tahun terakhir, Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg akhirnya mengundurkan diri pada Selasa (1/10).
Jabatan sekjen NATO kemudian diserahkan pada mantan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte.
Setelah berjabat tangan secara simbolis dan meletakkan karangan bunga di markas besar NATO di Brussels Belgia, keduanya kemudian menggelar pertemuan dengan para duta besar blok di Dewan Atlantik Utara untuk penunjukan resmi Rutte.
Sekjen NATO yang akan lengser itu mengatakan bahwa organisasi keamanan tersebut berada di tangan yang aman bersama penggantinya yakni Rutte.
Stoltenberg mengambil alih aliansi militer pada tahun 2014 ketika Rusia mencaplok Krimea. Dengan pengunduran dirinya, ia berhasil memimpin NATO selama 10 tahun.
Namun rekor pemimpin NATO terlama masih dipegang oleh diplomat Belanda Joseph Luns, yang menghabiskan 12 tahun masa kepemimpinan.
Mantan PM Belanda, Rutte mengambil alih NATO saat invasi Rusia ke Ukraina mendekati hari ke-1.000.
Rutte mengatakan pada hari Selasa (1/10) bahwa sama halnya dengan perang di Timur Tengah, Ukraina juga masih menjadi perhatian utama NATO.
"Ukraina berada di urutan teratas daftar kami. Seperti halnya memantau situasi di Lebanon," tegasnya, seperti dimuat
Associated Press.Ada juga kekhawatiran di antara anggota NATO tentang siapa yang akan menang dalam pemilihan presiden AS pada bulan November. Mengingat Washington adalah anggota NATO yang paling kuat
Kemenangan mantan Presiden Donald Trump dapat mengguncang aliansi tersebut seperti yang terjadi pada masa jabatan pertamanya.
Trump menekan para anggota untuk meningkatkan anggaran pertahanan dan menimbulkan keraguan pada prinsip inti blok tersebut, yaitu keamanan bersama.