Berita

Ilustrasi/Net

Publika

10 Tahun Berkuasa Korupsi seperti Jadi Halal

OLEH: ADIAN RADIATUS*
RABU, 18 SEPTEMBER 2024 | 08:40 WIB

SAAT ini ungkapan cinta negara, bela negara, negara di atas segalanya, terasa semakin berat dilakoni oleh bahkan sekelas pemimpin-pemimpin elite nasional.

Apalagi yang berada pada pusat lingkaran kekuasaan dan ini bukan semata-mata perasaan sebagai anak bangsa apalagi halusinasi. 

Tetapi berbahan berbagai fakta di panggung politik Indonesia. Ini sangatlah rentan untuk dapat mengatakan kehidupan berbangsa dan bernegara masih baik-baik saja apalagi on track.

Kekacauan pola satu negara sama bahasa, karena satu bangsa dalam strata kehidupan muncul di segmen politik, hukum dan ekonomi yang bermula kemenangan pilpres paling culas sepuluh tahun lalu.

Hal itulah yang membuat seorang bernama Joko Widodo dengan mudahnya melenggang ke Istana dan memimpin negeri bermutu kuat dan penuh percaya diri menjadi amburadul tidak karuan dalam moralitas integritas kebangsaan. Terlebih ketika kembali melenggang menampuk kekuasaan tertingginya lima tahun kemudian.

Ekses pengabaian keadilan adalah yang paling menonjol manakala kasus-kasus korupsi merajelela dengan raupan mencapai ribuan triliun di tangan koruptor beserta jaringannya.  

Kondisi ini menjadi contoh pengajaran paling buruk bagi rakyat yang baik dan patuh melaksanakan kewajibannya untuk negara. 

Korupsi telah menjadi ajang halal di area oknum pejabat-pejabat teras maupun para pihak yang terlibat di luar kekuasaan itu sendiri.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun ini kerusakan sendi-sendi kehormatan kenegaraan dan kebangsaan menjadi semacam anekdot saja.

Busana adat yang dipakai secara mewah tak mampu menutupi sikap acuh dan sinisme rakyat. 

Terutama akademisi dan kalangan intelektual profesional lainnya yang sangat peka terhadap keadaan rakyat sepanjang penderitaan berkamuflase bantuan tunai maupun sosial lainnya.

Pemecah belahan kelompok-kelompok dalam masyarakat yang menghasilkan politik ikut kaya bila manut penguasa dan dirusak bila tak ikut. 

Apalagi bersuara lantang menantang kebenaran nyata, tentu saja semakin menjebloskan keadaan tegak berbangsa dan bernegara menjadi arus kuat merepresi arus rakyat menjadi lemah tak berdaya. 

Beruntung cukup sudah dua periode kemelut penguasaan negara secara kasar dan brutal halus (bukan bocor halus ala Tempo.co) ini diakhiri dengan kemenangan prajurit NKRI.

Prajurit yang diharapkan mampu menjadi pemimpin besar bak melebihi seorang jenderal perang yang piawai dalam strategi dan kemanusiaan bagi rakyatnya. Sebuah sisi yang hampir punah selama ini.

Tak ada maksud dalam hal ini untuk mengadu-domba antara Presiden Jokowi dan pemimpin sejati Prabowo yang jauh matang baik dari moralitas kepemimpinan maupun kenegarawanannya. Bahkan dapat dikatakan tak dapat juga tak pantas dibandingkan.

Jadi dalam pesan amanat penderitaan rakyat ini untuk kesekian kalinya, negara ini harus dibangun dan ditegakkan kedaulatannya di atas kekuasaan siapapun dan manapun.

Tak boleh ada kekuasaan yang bisa mengedepankan dirinya sebagai untouchable hand untuk menguasai tata kelola negara ini hanya untuk kelompok dan arogansi dirinya semata.

Tak boleh ada diktaktor apalagi tirani kekuasaan di mana hukum dan politik negara di bawah telapak tangannya.

Seluruh elemen pemerintahan baru yang akan datang harus bersedia mencuci kekotoran kehidupan berpolitik, bernegara hukum dan berbangsa keadilan yang telah mewabah selama ini. 

Jangan ada lagi yang mempermainkan negara sendiri lewat penguasaan politik dan hukum yang menyebabkan negara seperti tak "bertuan" ditanah sendiri.

*Penulis adalah pemerhati sosial politik

Populer

Jokowi Kumpulkan Kapolda Hingga Kapolres Jelang Apel Akbar Pasukan Berani Mati, Ada Apa?

Kamis, 12 September 2024 | 11:08

Diamnya 4 Institusi Negara Jadi Tanda Akun Fufufafa Milik Gibran

Minggu, 15 September 2024 | 08:14

Soal Video Winson Reynaldi, Pemuda Katolik: Maafkan Saja, Dia Tidak Tahu Apa yang Dia Perbuat!

Senin, 09 September 2024 | 22:18

Petunjuk Fufufafa Mengarah ke Gibran Makin Bertebaran

Kamis, 12 September 2024 | 19:48

KAHMI Kumpulan Intelektual Banci?

Sabtu, 14 September 2024 | 14:45

Prabowo Bisa Ajukan Penghentian Wapres Gibran Setelah 20 Oktober

Minggu, 15 September 2024 | 10:26

Jagoan PDIP di Pilkada 2024 Berpeluang Batal, Jika….

Minggu, 08 September 2024 | 09:30

UPDATE

Ekspor Pasir Laut Ancam Kedaulatan Maritim Indonesia

Rabu, 18 September 2024 | 05:31

Lancarkan Transisi Pemerintahan, Airlangga Fokus Selesaikan Sejumlah PR

Rabu, 18 September 2024 | 05:04

Ngaku Jadi Warga Brunei, Seorang Pria Tipu Korban Hingga Ratusan Juta

Rabu, 18 September 2024 | 04:04

Belum Ada SPDP, Proses Hukum Tersangka ASDP Tidak Sah

Rabu, 18 September 2024 | 03:31

Kaesang Bukan Nebeng Private Jet Gang Ye, Tapi Pinjam

Rabu, 18 September 2024 | 03:13

Keselamatan Penerbangan di Bandara IKN Harus Diutamakan

Rabu, 18 September 2024 | 02:41

Kaesang di KPK

Rabu, 18 September 2024 | 02:18

DPR Dorong Kerja Sama Intensif RI-Serbia

Rabu, 18 September 2024 | 01:43

Penjualan E-Materai Melonjak 10 Kali Lipat Selama Pendaftaran CPNS 2024

Rabu, 18 September 2024 | 01:15

Penanganan Dugaan Gratifikasi Bobby Nasution Jalan di Tempat

Rabu, 18 September 2024 | 00:59

Selengkapnya