Koordinator Poros Dewan Kajian Jakarta (DKJ), Hasan Assegaf/Ist
Gerakan coblos 3 pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Pilgub Jakarta 2024 merupakan kampanye yang tidak sehat untuk demokrasi Indonesia.
Demikian pendapat Koordinator Poros Dewan Kajian Jakarta (DKJ), Hasan Assegaf dalam diskusi publik di Kopi Sakti di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (14/9).
Hasan mengatakan, sebagai pendukung Anies Baswedan, dirinya melihat pasangan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus Ridwan Kamil-Suswono merupakan duet paling tepat dititipkan suara pada Pilgub Jakarta 2024.
"Dinamika Pilgub Jakarta harus dilihat dengan jernih dan konstruktif," kata Hasan.
Hasan melihat dua pasangan lainnya cuma menunggangi dan menggiring opini publik untuk mau menggarap suara pendukung Anies Baswedan.
"Faktanya mereka tidak pernah mendukung dan berjuang bersama Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2017," kata Hasan.
Selama lima tahun memimpin Jakarta, kata Hasan, PKS dan Suswono terbukti konsisten berjuang bersama Anies Baswedan dan setia mengawal berbagai kebijakan dan program Pemprov DKI.
"Jadi wajar bila mayoritas basis dan simpul Anies mendukung RK-Suswono untuk kelanjutan program Anies dan program pembangunan Jakarta baru," kata Hasan.
Menurut Hasan, Kodisi berbeda dengan Pramono Anung yang tidak pernah bersentuhan langsung dengan simpul dan basis Anies dan justru membawa gaya politik dalam ruangan yang sangat birokratis.
Hasan menambahkan, terkait program Bantuan Operasional Tempat Ibadah (BOTI) yang digulirkan Anies sejak tahun 2019, sudah ditegaskan Suswono untuk dilanjutkan.
"Hal ini sejalan dengan rekam jejak RK yang meninggalkan karya monumental Masjid Raya Al Jabbar di Jawa Barat," demikian Hasan.