Berita

PM Bangladesh yang baru, Muhammad Yunus/Net

Dunia

Diplomasi Megafon Bangladesh Bikin India Jengkel

JUMAT, 13 SEPTEMBER 2024 | 16:46 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Hubungan diplomatik India dan Bangladesh membeku usai kerusuhan mematikan di Dhaka dan penggulingan Perdana Menteri Sheikh Hasina. 

Perdana Menteri Bangladesh yang baru, Muhammad Yunus melakukan diplomasi megafon atau negosiasi melalui siaran pers dan pengumuman yang membuat India merasa terganggu. 

Dalam sebuah pernyataan di hadapan wartawan, Yunus mendesak India agar menghentikan Hasina membuat pernyataan politik apa pun selama mengasingkan diri di negara itu. 


"Jika India ingin menahannya sampai Bangladesh menginginkannya kembali, syaratnya adalah ia harus tetap diam," tegas peraih Nobel Perdamaian tersebut, seperti dimuat BBC pada Jumat (12/9). 

Yunus bahkan menggambarkan hubungan bilateral India-Bangladesh sudah pada titik terendah, sehingga dia minta New Delhi bekerja sama.

Pengadilan Bangladesh juga telah menyerahkan surat permintaan deportasi kepada India agar Hasina bisa diadili atas pembunuhan orang-orang selama protes antipemerintah pada bulan Juli dan Agustus.

Kementerian luar negeri India belum secara resmi bereaksi terhadap pernyataan Yunus. Tetapi beberapa pejabat dilaporkan jengkel dengan desakan dari Bangladesh, dan ketidakpastian sampai kapan Hasina akan tinggal di India. 

"India sedang menunggu dan mengamati perkembangan di Bangladesh, memperhatikan pernyataan yang berasal dari Dhaka yang mewakili pandangan resmi dan pandangan yang diungkapkan oleh individu-individu terkemuka," tulis sumber anonim.

Mantan diplomat India mengaku terkejut dengan diplomasi megafon yang dilakukan Yunus, padahal hubungan kedua negara sedang rendah-rendahnya. 

"India telah menunjukkan kesiapannya untuk berbicara dengan pemerintah sementara, dan untuk membahas semua masalah, baik di Bangladesh maupun di India," kata Veena Sikri, mantan Duta Besar India di Dhaka.

Menurut Sikri, masalah terkait kedua negara sepatutnya dibicarakan secara diam-diam dan disampaikan langsung pada perwakilan negara terkait. 

Namun, kementerian luar negeri Bangladesh menolak kritik tersebut.

"Apakah para pemimpin India tidak berbicara dengan media mana pun? Jika Dr. Yunus ditanya tentang masalah tertentu, tentu saja dia dapat mengungkapkan pandangannya. Jika Anda ingin mengkritik, Anda dapat mengkritik tentang apa pun," kata Touhid Hossain, penasihat Kementerian Luar Negeri Bangladesh.

Meskipun Perdana Menteri India Narendra Modi dan Yunus berbicara melalui telepon beberapa minggu lalu, sejauh ini belum ada pertemuan tingkat menteri.

Tampaknya ada konsensus luas di India bahwa Hasina dapat tinggal sampai negara lain setuju untuk mengizinkannya masuk.

Namun, kepala jaksa yang baru diangkat dari Pengadilan Kejahatan Internasional Bangladesh, Mohammad Tajul Islam, mengatakan mereka mengambil langkah-langkah untuk memastikan Hasina kembali ke Bangladesh. 

“Karena dia telah dijadikan terdakwa utama dalam aksi massahektar di Bangladesh, kami akan mencoba membawanya kembali secara hukum ke Bangladesh untuk diadili,” kata Islam kepada wartawan.

Namun para ahli mengatakan kecil kemungkinan Hasina akan diekstradisi bahkan jika Bangladesh mengajukan permintaan resmi.

“Dia tinggal di sini sebagai tamu India. Jika kami tidak memberikan kesopanan dasar kepada teman lama kami, lalu mengapa ada yang menganggap kami serius sebagai teman di masa mendatang?” kata Riva Ganguly Das, yang juga mantan Dubes India di Dhaka.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya