Pengumuman maintenance di laman resmi Indodax/Tangkapan Layar
Platform jual beli aset kripto, Indodax, diduga menjadi korban peretasan.
Hal ini diungkapkan oleh salah satu perusahaan keamanan Web3, Cyvers Alerts dalam akun media sosial X.
Menurut keterangan Cyvers, Indodax, mengalami sejumlah transaksi yang mencurigan dengan nilai besar dengan beberapa alamat yang dilaporkan menampung aset senilai 14,4 juta Dolar AS (Rp221 miliar) yang ditukar menjadi Ether.
"Hey @Indodax, sistem kami mendeteksi sejumlah transaksi mencurigakan yang melibatkan dompet anda di jaringan yang berbeda," tulis @CyversAlerts, dikutip Kamis (12/9).
Setelah itu, Cyvers kemudian merivisi angka kerugian menjadi 18,2 juta Dolar AS atau senilai Rp280,55 miliar, yang berasal dari 150 kali transaksi.
Atas dugaan yang mencurigakan itu, perusahaan keamanan itu mendesak platform tersebut untuk mengatasi aksi peretasan itu.
"@Indodax tolong segera ambil langkah," tulis @CyversAlerts.
Merespons kejadian ini, Indodax dalam laman resminya mengatakan bahwa tim mereka sedang berusaha mengatasi sistem keamanan di platformnya. Sehingga, Indodax saat ini belum dapat diakses oleh para pengguna.
"Saat ini, kami sedang melakukan pemeliharaan menyeluruh untuk memastikan seluruh sistem beroperasi dengan baik. Selama proses pemeliharaan ini, platform web dan aplikasi Indodax sementara tidak dapat diakses," tulis pihak Indodax.
Indodax juga menjamin bahwa saldo pengguna baik dalam bentuk krpto maupun Rupiah akan tetap aman.
"Kami berterima kasih atas kesabaran dan kepercayaan yang Anda berikan," tulis Indodax
Sementara itu, CEO Indodax, Oscar Darmawan saat ini juga sudah angkat bicara, dengan mengatakan bahwa pihaknya masih terus melakukan investigasi dan perbaikan terkait dugaan peretasan itu.
"Investigasi masih dilakukan. Kami akan berikan update lanjutan begitu investigasi beres," jelasnya.
Di sisi lain, soal kerugian, Oscar memastikan kerugian atas peretasan ini hanya mengganggu aset perusahaan dan tidak merugikan anggota Indodax.
Ia juga menjamin saldo member dalam bentuk kripto atau rupiah masih tetap terjaga aman.
"Kerugian bukan di aset member lebih ke treasury perusahaan. Kita lagi investigasi keseluruhan," tutur Oscar.