Berita

Wall Street/RMOL

Bisnis

Bursa Wall Street Melemah, Delapan dari 11 Sektor S&P 500 Anjlok

JUMAT, 06 SEPTEMBER 2024 | 09:29 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Bursa saham Wall Street berada di bawah tekanan untuk sesi ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis (5/9) waktu setempat atau Jumat pagi (6/9) WIB. 

Saham-saham ditutup melemah, setelah data ekonomi yang beragam dan laporan pasar tenaga kerja AS. 

Dikutip dari AFP, analis  dari Edward Jones,  Angelo Kourkafas, mengatakan saham berjuang untuk mendapatkan daya tarik menjelang laporan pekerjaan yang sangat penting.


"Investor berhati-hati dalam mengambil risiko lebih besar mengingat sensitivitas pasar terhadap apa yang mungkin kita pelajari besok," katanya.

Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,5 persen pada 40.755,75.

Indeks berbasis luas S&P 500 turun 0,3 persen menjadi 5.503,41, sementara Indeks Komposit Nasdaq yang kaya teknologi naik 0,3 persen menjadi 17.127,66.

Delapan dari 11 sektor S&P 500 melemah, dipimpin kejatuhan saham healthcare dan industri.

Saham berkinerja terbaik di S&P 500 adalah Dollar Tree (naik 7,73 persen), MarketAxesss (naik 6,68) dan Tesla (melonjak 4,90).

Saham berkinerja terburuk di S&P adalah McKesson (anjlok 9,90), Zimmer Biomet (turun 8,74 persen), dan Copart (turun 6,67 persen). 

Data yang dirilis hari Kamis waktu setempat dari perusahaan penggajian ADP menunjukkan lapangan kerja sektor swasta naik sebesar 99.000 pada bulan Agustus, jauh di bawah 150.000 yang diperkirakan oleh para analis.

Sementara itu, indeks layanan Institute for Supply Management merangkak naik menjadi 51,5 persen bulan lalu dari 51,4 persen pada bulan Juli, sedikit melampaui estimasi.

Di antara perusahaan individual, Frontier Communications Parent turun 9,5 persen pada hari Kamis setelah setuju untuk diakuisisi oleh Verizon senilai 20 miliar Dolar AS.

Verizon, yang mengatakan aset internet fiber Frontier akan meningkatkan kapasitas pita lebarnya, turun 0,4 persen.

Tesla melonjak 4,9 persen setelah mengumumkan rencana untuk meluncurkan teknologi "full self-driving" di Eropa dan China awal tahun depan, sambil menunggu persetujuan regulasi.

Data Departemen Tenaga Kerja dilaporkan menunjukkan ekonomi AS yang melambat tetapi belum tentu menuju resesi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya