Prof Azmi hadir secara daring di acara seminar interionasional INDEF/RMOL
Arab Saudi bukanlah negara yang mampu mengembangkan beberapa indikator ekonomi dan keuangan syariah di dunia.
Presiden dan CEO International Center for Education in Islamic Finance (INCEIF) University Malaysia Moh Azmi Omar mengungkapkan ada dua negara di Asia yang mampu menguasai sektor ekonomi dan keuangan syariah.
Ia menyebut Malaysia memimpin pemeringkatan negara berdasarkan Global Islamic Economic Indicator (GIEI), termasuk keuangan syariah, makanan halal, fashion, travel yang ramah muslim, kosmetik dan obat-obatan, serta media dan rekreasi.
Ia juga mengklaim Malaysia telah menempati peringkat pertama dalam beberapa sektor ekonomi dan keuangan syariah yakni keuangan syariah, makanan halal, dan media dan rekreasi.
Sementara untuk industri fashion, Malaysia menempati peringkat kedua. Untuk industri farmasi dan kosmetik Malaysia menempati peringkat ketiga.
Malaysia juga menempati urutan pertama di Global Islamic Fintech Index (GIFT) 2023/2024 dengan nilai 84.
“Malaysia memiliki skor GIEI 193,2, dengan kekuatan di keuangan syariah, makanan halal, fashion, dan rekreasi, dan nomor tiga di industri farmasi,” kata Azmi di acara Seminar International yang digagas Indef bertemakan The Sharia Economy and Finance : Policies for The Prabowo’s Government, di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Selasa (3/9).
Azmi mengatakan negara yang sedang getol mempromosikan ekonomi dan keuangan syariah, adalah Arab Saudi yang malah menempati peringkat kedua.
Azmi mengatakan Pemerintah Arab Saudi belum menerapkan ekonomi dan keuangan syariah hingga akhir 1970an.
“Jika Anda menelusuri beberapa penelitian dan studi mengenai ekonomi syariah, mereka tak lagi mendiskusi ekonomi dan keuangan syariah di negara mereka,” katanya.
Tetapi, sejak 2000-an Pemerintah Arab Saudi mulai menyadari potensi ekonomi syariah. Melihat kondisi tersebut, Azmi menyebut terjadi lompatan penerapan keuangan syariah di negara tersebut.
“Mereka melompat menjadi nomor dua di keuangan syariah dan nomor empat di wisata ramah Muslim karena daya tarik wisata religinya,” ucapnya.
Sementara itu, disebutkan Azmi, Indonesia menempati peringkat ketiga. Tetapi, dalam keuangan syariah, Indonesia menempati peringkat ketujuh.
“Tapi, makanan halal nomor dua dan Indonesia sebagai negara dengan umat Muslim terbesar juga memiliki kekuatan di fashion, peringkat ketiga, media dan rekreasi, peringkat keenam dan industri farmasi dan kosmetik di peringkat lima,” terangnya.
Azmi mengatakan dari daftar indikator GIEI 2023/2024, menunjukkan beberapa negara memiliki keunggulan di sektor tertentu saja. Iran dan Kuwait misalnya, hanya unggul di sektor keuangan syariah. Dua negara itu masing-masing menempati peringkat ketiga dan kelima di indikator GIEI.
“Iran hanya unggul di keuangan syariah karena ada masalah di negaranya, sehingga tak bisa mengembangkan pariwisata ramah muslim, misalnya,” demikian Azmi.