Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (28/7)/Net
Perekonomian Indonesia tidak akan bisa tumbuh di atas 5 persen jika hanya mengandalkan kebijakan stimulus fiskal dan moneter.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (28/7).
Disampaikan Sri Mulyani, perlu ada transformasi kebijakan struktural perekonomian berdasarkan daya saing dan produktivitas untuk menggenjot ekonomi nasional.
"Kalau ingin mencapai di atas 5 persen maka instrumennya adalah bukan pada stimulus menggunakan baik fiskal-moneter tetapi harus melalui kebijakan struktural dan produktivitas," kata Sri Mulyani.
Atas dasar itu, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi seperti menjaga produksi rumah tangga dan investasi melalui instrumen fiskal.
Sri Mulyani mengatakan belanja pemerintah juga akan dikucurkan untuk memperbaiki struktur perekonomian dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia melalui makan bergizi gratis, belanja pendidikan, belanja kesehatan, belanja hingga jaringan pengaman sosial.
"Dari sisi ekspor, selain daya saing, kita juga memposisikan Indonesia di dalam rantai nilai global melalui kebijakan hilirisasi," katanya.
Ia menegaskan semua strategi yang dilakukan pemerintah itu semata-mata untuk menjaga pertumbuhan domestik sekaligus memperkuat struktur ekonomi agar terus bertransformasi berdasarkan daya saing dan produktivitas.
Daya saing dan produktivitas dapat dilihat berdasarkan sumber daya manusianya, infrastruktur, kebijakan yang baik, dan efisiensi.
"Ini semuanya yang harus diperbaiki melalui reformasi pendidikan, kesehatan, jaring pengaman, dan pembangunan infrastruktur serta kebijakan investasi perdagangan," demikian Sri Mulyani.