Berita

Pavel Durov/Net

Dunia

Rusia Pernah Ingatkan Durov akan Bermasalah dengan Hukum

SENIN, 26 AGUSTUS 2024 | 09:18 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sejumlah tokoh politik dan media Rusia bereaksi atas penangkapan pendiri sekaligus CEO Telegram Pavel Durov oleh polisi Prancis. 

Salah satunya Kepala Dewan Keamanan dan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang mengaku pernah mengingatkan Durov jauh sebelum penangkapannya.

"Beberapa waktu lalu, bahkan sudah lama sekali, saya bertanya kepada Durov mengapa dia tidak mau bekerja sama dengan lembaga penegak hukum dalam menangani kejahatan serius. 'Itulah prinsip saya,' katanya," kata Medvedev, seperti dikutip dari RT, Senin (26/8).


"Kalau begitu, Anda akan menghadapi masalah serius di setiap negara,' kata saya kepadanya," lanjutnya.

Menurut Medvedev, Durov mengira masalah terbesarnya ada di Rusia, sehingga ia memilih pergi dan kemudian memperoleh kewarganegaraan atau tempat tinggal di negara lain. 

"Ia ingin menjadi 'orang dunia' yang cemerlang yang dapat hidup dengan baik tanpa tanah airnya. Ubi bene ibi patria (di mana ada roti, di situ ada negara)!" ujarnya.

"Dia salah perhitungan. Bagi semua musuh kita, dia tetap orang Rusia ?" dan karena itu tidak dapat diprediksi dan berbahaya," lanjut Medvedev.

Sementara itu, Andrey Medvedev, jurnalis, presenter TV, politisi dan wakil ketua Duma Kota Moskow mengatakan penangkapan Durov mungkin tidak akan menimbulkan kehebohan di Rusia seandainya tidak dalam situasi perang seperti saat ini.

"Kebetulan, dia adalah tokoh utama dalam perang saat ini. Telegram adalah alternatif untuk komunikasi militer tertutup. Mungkin mulai hari ini, pertanyaan tentang pembuatan utusan militer untuk tentara kita akan menjadi penting," ujarnya.

Pemimpin Partai Rakyat Baru sekaligus Wakil Ketua Duma Negara, Vyacheslav Davankov,  meminta Rusia menekan Prancis benaskan Durov.

"Menurut laporan media, Pavel Durov telah ditangkap di Prancis. Hampir tidak ada orang yang berbuat lebih banyak untuk pengembangan layanan digital di Rusia dan dunia selain dia," kata Davankov.

"Sekarang dia harus ditarik keluar. Kami mendesak Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov untuk meminta otoritas Prancis membebaskan Durov dari tahanan," ujarnya.

Penangkapannya, kata dia, mungkin bermotif politik dan merupakan alat untuk mendapatkan akses ke data pribadi pengguna Telegram. 

"Hal ini tidak boleh dibiarkan terjadi," tambah Davankov.

Durov ditangkap pada Sabtu (24/8) waktu Prancis. Pihak berwenang meyakini  pria berusia 39 tahun itu terlibat dalam berbagai kejahatan yang diduga dilakukan menggunakan platformnya, dengan alasan bahwa moderasi yang tidak memadai memungkinkan Telegram digunakan secara luas untuk melanggar hukum.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya