Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto/Repro
Seluruh komponen bangsa diharapkan tidak mudah termakan hasutan. Sebab, Indonesia di masa lampau kerap diadu domba dan dihasut.
Hal itu diingatkan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam pidato politiknya di acara penutupan Kongres VI PAN di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Sabtu malam (24/8).
"Bangsa kita ratusan tahun diadu domba. Semua masalah itu adalah dihasut. Terus dihasut," kata Prabowo.
Menteri Pertahanan itu lantas mencontohkan peristiwa bersejarah Reformasi 1998.
"Masak sekarang kita di ambang tinggal landas yang benar, waktu 98, kita di ambang tinggal landas, kita dikerjain oleh kekuatan-kekuatan asing," tuturnya.
Atas dasar itu, kata Prabowo, jika ada elite Indonesia yang tidak mengerti sejarah 1998, ia meminta untuk belajar kembali.
"Kita dikerjain. Kalau ada elite Indonesia yang belum ngerti apa yang terjadi tahun 98, saya sarankan tolong belajar lagi," sebut Prabowo.
Sebab, sambung Prabowo, instabilitas politik pada 1998 membuat Indonesia saat ini mulai ketinggalan dari banyak negara.
"Tahun 98 Indonesia sudah bisa bikin pesawat terbang, kita lebih maju dari Turki, Tiongkok belum punya supercomputer, Indonesia sudah punya supercomputer tahun 90-an," ungkapnya.
"Sekarang Tiongkok mungkin paling banyak supercomputer di dunia, melebihi Amerika Serikat," imbuh Prabowo.
Dengan demikian, Prabowo mendorong perlunya stabilitas politik di Indonesia.
“Jadi saudara-saudara, mari kita belajar sejarah, mari kita ciptakan kesejukan, makanya Gerindra, PAN, dan kawan-kawan koalisi kita, kita milih warna koalisi yang sejuk, warna biru, warna biru langit, ya kita nyontek-nyontek dikit PAN tidak apa-apa lah," tandasnya.