Berita

Politikus Partai Golkar Ridwan Kamil/Ist

Publika

Karpet Merah di Jakarta Bukan untuk Ridwan Kamil

OLEH: TONY ROSYID*
SENIN, 19 AGUSTUS 2024 | 04:08 WIB

SEPULUH nama cagub yang sudah diumumkan oleh Partai Golkar, belum ada nama Ridwan Kamil. Golkar belum pastikan cagub di Jawa Barat dan Jakarta. Meski nama Ridwan Kamil makin populer.

Gerindra justru yang sudah mendeklarasikan Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta. Kenapa? Karena Gerindra perlu mengosongkan Jawa Barat dari Ridwan Kamil untuk kemudian diisi oleh Dedi Mulyadi. Kader Gerindra yang disiapkan untuk nyagub di Jawa Barat.

Jawa Barat sangat seksi, karena wilayah ini punya pemilih terbesar di Indonesia. Lebih dari 35 juta pemilih ada di Jabar. Kekuasaan butuh pemilih besar. Di sinilah kepentingan Gerindra sedang diperjuangkan.

Ridwan Kamil ditarik ke Jakarta. Ini kepentingan Gerindra. Bagaimana dengan Golkar? Faktanya, Golkar belum umumkan cagub Jakarta. 

Padahal, 10 cagub lainnya sudah dipublish. Apa artinya? Dua kemungkinan. Pertama, Golkar keberatan menggeser Ridwan Kamil dari Jabar. Kemungkinan kedua, ada skenario yang dipersiapkan untuk Jakarta, dan itu bukan Ridwan Kamil.  

Jika sekenario ini terjadi, maka Ridwan Kamil bisa bernasib seperti Airin Rachmi Diany di Banten: tidak dapat tiket untuk nyagub.

Mari kita telusuri fakta politiknya. Berawal dari putusan Mahkamah Agung No. 23/P/HUM/2024. Putusan MA ini telah mengubah usia cagub-cawagub yang semula usia minimal 30 tahun saat pendaftaran, menjadi usia minimal 30 tahun saat pelantikan. 

Untuk siapa perubahan ini? Untuk semua orang yang usianya kurang 30 tahun saat pendaftaran pilgub, dan sudah usia 30 tahun saat pelantikan, termasuk Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi. Sampai di sini, anda sudah paham.

Coba kita telusuri fakta cagub independen di Jakarta. Nama Dharma Pongrekun. muncul. Purnawirawan Jenderal polisi bintang tiga ini sejak awal telah mendaftar sebagai calon independen. 

Seorang Nasrani taat yang semula tidak dikenal, lalu populer ketika banyak pengakuan warga DKI yang KTP-nya dicomot sebagai pendukung sang Jenderal polisi ini. 

Siapapun dan dari asal usul, etnis, agama apapun itu sah dan berhak secara undang-undang untuk menjadi cagub atau cawagub dimana saja. 

Satu pertanyaan politis: bagaimana kans keterpilihan non muslim di Pilgub Jakarta? Terutama sejak kasus penistaan agama yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. 

Bicara politik, ada kalkulasinya. Kalau ada orang nggak dikenal, non muslim (taat) dan berani nyalon di Pilgub Jakarta dimana para pemilihnya adalah muslim militan dan pilegnya dimenangkan oleh PKS, diiringi kegaduhan penyomotan KTP, apa ini tidak menimbulkan pertanyaan? 

Pertanyaan lebih fundamentalnya: apakah ini semua ada kaitannya dengan wacana pencalonan Kaesang di Jakarta? 

Belum juga soal kemungkinan gagalnya pencalonan Anies Baswedan. Kalau anda bilang: ini bukan soal jegal menjegal, maka perlu diyakini bahwa anda tidak tahu apa-apa soal politik. 

Karena itu, anda perlu melakukan dua hal. Pertama, belajar teori dramaturgi Erving Goffman. Kedua, bergaul dengan sumber-sumber A1. Kecuali jika anda adalah politisi dan menjadi bagian dari pelaku. Anda dituntut untuk pandai berakting dan pintar menyusun kata-kata. Ini SOP.

Jegal menjegal dalam politik itu hal biasa. Yang gak biasa kalau itu dilakukan dengan menggunakan praktik-praktik intimidasi dan kasus hukum. Maka, demokrasi dan konstitusi jadi rusak. Ini ironi, karena akan berakibat jangka panjang untuk masa depan negeri ini.

Setelah fakta-fakta politik ini, apakah karpet merah di Jakarta akan diberikan ke Ridwan Kamil? Emang Ridwan Kamil itu siapa? 

Apalagi Airlangga Hartarto, ketua umum Golkar sudah "dipaksa" mundur pasca menyusun daftar calon-calon kepala daerah untuk pilkada. 

Sekedar info, Hartarto, ayah Airlangga adalah anak asuh dan tokoh yang dibesarkan oleh Soemitro, ayah Prabowo. Apa ini ada hubungannya? Kita akan lihat pasca pelantikan presiden 20 Oktober.

Kembali soal rencana cagub Jakarta. Jika ada keadaan darurat, Ridwan Kamil bisa jadi alternatif untuk maju di Jakarta. 

Apa keadaan darurat itu? Pertama, Anies Baswedan tetap bisa maju di Pilgub Jakarta. Kedua, PKS ngotot untuk menolak Kaesang. Ini bisa menjadi keadaan yang krusial. Kalau keadaan darurat ini tidak terjadi, rasa-rasanya sulit kita bisa membayangkan Ridwan Kamil berjalan di atas karpet merah yang telah disiapkan untuk Jakarta.

*Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa



Populer

Cak Imin Minta Kapolri Bubarkan Muktamar PKB Tandingan

Kamis, 15 Agustus 2024 | 12:52

Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Ternyata Terima Dana Korupsi DJKA

Kamis, 15 Agustus 2024 | 11:21

Bawaslu Buka Pendaftaran 1.984 Formasi CPNS

Jumat, 16 Agustus 2024 | 08:44

KPK Dapat Petunjuk Dugaan Suap PAW PDIP dari Buku Hasto

Kamis, 08 Agustus 2024 | 19:35

Suswono Jalan Tengah Selamatkan Marwah PKS

Kamis, 15 Agustus 2024 | 16:03

Pengamat: Intervensi Kekuasaan Penyebab Airlangga Mundur

Minggu, 11 Agustus 2024 | 19:13

BPIP Perlu Jelaskan Paskibraka Wajib Lepas Hijab

Rabu, 14 Agustus 2024 | 13:49

UPDATE

Seperti di Pilkada Jakarta, KIM Plus Potensi Terbentuk di Jabar

Senin, 19 Agustus 2024 | 06:05

Jokowi Didorong Pilih Tokoh Muhammadiyah Pimpin BPIP

Senin, 19 Agustus 2024 | 05:49

Sopir Dicekoki Miras, Truk di SPBU Dibawa Kabur

Senin, 19 Agustus 2024 | 05:29

Bey Optimistis Jabar Cetak Hattrick di PON XXI

Senin, 19 Agustus 2024 | 05:21

Bidik Kursi Wagub Lampung, Jihan Nurlela akan Mundur dari DPD RI

Senin, 19 Agustus 2024 | 04:31

Karpet Merah di Jakarta Bukan untuk Ridwan Kamil

Senin, 19 Agustus 2024 | 04:08

Ratusan Narapidana di Jabar Bebas di Hari Kemerdekaan

Senin, 19 Agustus 2024 | 04:00

Pengelola Kawasan Wajib Beri Akses Masyarakat ke Area Umum

Senin, 19 Agustus 2024 | 03:37

Golkar Perintahkan Kader Beringin RT/RW Sosialisasikan Ridwan Kamil

Senin, 19 Agustus 2024 | 03:24

Banyak Kepala SKPD Diisi Plt, Aktivis Soroti Kinerja Sekda Joko

Senin, 19 Agustus 2024 | 03:01

Selengkapnya