Putra Ismail Haniyeh, Abdul Salam Haniyeh (tengah)/MEM
Informasi tentang kronologi pembunuhan petinggi Hamas, Ismail Haniyeh masih belum pasti dan dalam proses penyelidikan otoritas Iran.
Putranya, bernama Abdul Salam Haniyeh bersedia membuka suara dan mengungkap informasi baru terkait pembunuhan ayahnya di Teheran akhir bulan lalu.
Dalam wawancaranya bersama
Al Arabiya yang dikutip redaksi pada Minggu (18/8), Abdul Salam mengatakan bahwa Haniyeh dibunuh dengan rudal berpemandu yang dilacak melalui handphone yang dibawanya ke kamar tempat ia menginap.
"Itu adalah rudal berpemandu yang melacak telepon genggamnya, yang ia taruh pada malam hari di kamarnya di dekat kepalanya, di mana ia terkena tembakan langsung," ungkap Abdul Salam.
Anak Haniyeh membantah laporan sejumlah media Barat yang menyebut bahwa ayahnya dibunuh karena bom tanam yang telah disiapkan sejak dua bulan sebelum kejadian.
Menurut Abdul Salam, jika itu memang karena bom, harusnya ledakan itu juga menewaskan beberapa penjaga yang berpatroli di dekat kamar ayahnya.
Serangan itu, kata Abdul Salam, dilakukan dengan rudal presisi, sehingga hanya menewaskan Haniyeh dan seorang ajudan di dekatnya.
"Ada pengawal dan penasihat lain yang duduk di sebuah ruangan beberapa meter dari kamarnya, jadi jelas bahwa jika ada alat peledak, seluruh tempat itu akan meledak," paparnya.
Abdul Salam menekankan bahwa ponsel itu dibawa ayahnya ke mana-mana bahkan ke acara pelantikan presiden baru Iran.
"Ia (Haniyeh) bahkan menggunakannya pada pukul 10.15 malam dan tak lama setelahnya ia menjadi martir," kata dia.
Haniyeh dan pengawalnya tewas pada 31 Juli, tak lama setelah upacara pelantikan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.
Kemudian, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengumumkan bahwa sebuah peluru jarak pendek yang membawa sekitar tujuh kilogram bahan peledak ditembakkan ke kamar tempat Haniyeh menginap.
Kawasan Timur Tengah menegang sejak kematian Haniyeh. Iran menyalahkan Israel dan Amerika Serikat sebagai dalang dari pembunuhan tersebut dan berjanji akan menuntut balas.