Operasi militer Ukraina baru-baru ini di wilayah Kursk, Rusia dikhawatirkan dapat memicu meletusnya Perang Dunia Ketiga.
Ketakutan itu disampaikan oleh Anggota parlemen Rusia Mikhail Sheremet dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti pada Jumat (16/8), menanggapi pergerakan tentara Ukraina yang semakin maju ke Kursk sejak melancarkan serangan 6 Agustus lalu.
Sheremet menilai keberlanjutan serangan Ukraina dan keterlibatan suplai amunisi Barat jika dibiarkan mampu mengakibatkan perang dunia.
"Keterlibatan ini bisa menjadi pertanda awal Perang Dunia ketiga," tegasnya, merujuk pada pernyataan Presiden Rusia, Vladimir Putin yang juga pernah memperingatkan potensi Perang Dunia Ketiga jika negara anggota NATO diam-diam membantu serangan Ukraina.
Sementara itu, penasehat presiden, Nikolai Patrushev juga menuduh kekuatan Barat mengatur serangan terhadap Kursk.
Patrushev mengklaim bahwa NATO dan badan intelijen Barat berperan dalam merencanakan operasi tersebut tetapi tidak memberikan bukti konkret untuk mendukung pernyataannya.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menegaskan kembali dukungannya terhadap Rusia dan yakin rekannya itu akan menang.
Duta Besar Rusia untuk Washington, Anatoly Antonov telah menolak klaim bahwa Ukraina bertindak sendiri dalam serangan pipa Nord Stream.
Antonov berpendapat bahwa serangan terhadap pipa tersebut, yang terjadi pada 26 September 2022, kemungkinan melibatkan persetujuan AS, meskipun belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas sabotase tersebut.
Pipa Nord Stream, yang rusak parah akibat ledakan yang dideteksi oleh seismolog di lepas pantai Pulau Bornholm, Denmark, telah menjadi titik perdebatan.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa komandan militer tertinggi Ukraina menyetujui serangan tersebut meskipun ada peringatan dari CIA kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.