Presiden Jokowi saat hadir di acara Partai Golkar (Foto: Setkab.go.id).
Aksi rally dalam taraf moderat akhirnya mewarnai sesi perdagangan pertengahan pekan ini, Rabu 14 Agustus 2024, di Wall Street. Gerak naik Indeks terkesan sulit untuk melanjutkan lonjakan tajam. Di tengah rilis data inflasi AS yang melegakan, aksi akumulasi yang terjadi justru hanya mengangkat indeks secara moderat.
Laporan dari otoritas AS menunjukkan, kinerja inflasi yang berada di kisaran 0,2 persen di bulan Juli dan secara tahunan sebesar 2,9 persen. Kinerja tersebut sesuai dengan ekspektasi investor dan dinilai sangat kondusif bagi Bank Sentral AS, The Fed untuk menurunkan suku bunga pada September mendatang. Namun gerak indeks Wall Street yang pada sesi perdagangan sebelumnya telah melonjak tajam akhirnya membatasi gerak naik lebih lanjut di sesi perdagangan yang berakhir beberapa jam lalu itu.
Indeks DJIA menguat moderat 0,61 persen di 40.008,39, sedangkan indeks S&P500 naik 0,38 persen dengan menutup di 5.455,21, dan indeks Nasdaq yang terangkat sangat tipis 0,03 persen dengan menutup di 17.192,6. Lebih jauh laporan dari sesi perdagangan after hours memperlihatkan, gerak naik indeks yang masih berlanjut namun dalam taraf yang lebih sempit. Laporan dari jalannya sesi perdagangan kali ini menyebutkan, aksi yang dilakukan investor kenamaan, Warren Buffett yang memborong saham perusahaan kosmetik Ulta Beauty Inc hingga membuat saham perusahaan tersebut melonjak fantastis lebih dari 13 persen.
Situasi sentimen secara keseluruhan, dengan demikian cenderung jenuh usai mengalami lonjakan tajam di sesi perdagangan hari sebelumnya. Situasi demikian menjadi bekal yang kurang menguntungkan bagi bursa saham Asia dan Indonesia dalam menjalani sesi perdagangan Kamis 15 Agustus 2024.
Pantauan terkini menunjukkan, gerak indeks yang menguat tipis dalam mengawali sesi perdagangan pagi ini. Indeks Nikkei (Jepang) naik hanya 0,2 persen dengan menjejak kisaran 36.516,24, sementara indeks ASX200 (Australia) nyaris flat dengan terangkat hanya 0,0 persen di 7.851,0. Pelaku pasar di Asia diperkirakan akan mengandalkan sejumlah sentimen regional dalam menjalani sesi hari ini. Rilis data PDB Jepang untuk kuartal kedua, data penjualan ritel dan output industri di China, serta tingkat pengangguran di Australia.
Pada bursa saham Indonesia, investor diyakini akan mencermati rilis data perekonomian domestik menyangkut neraca dagang atau kinerja ekspor-impor. Kinerja pemerintahan Jokowi menjelang lengser, kini menjadi pertaruhan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk setidaknya mempertahankan tren positif yang sedang berlangsung.
Sementara sentimen domestik lain yang mungkin menyita perhatian investor akan datang dari pentas perpolitikan nasional, di mana Presiden Jokowi dikabarkan mengintervensi mundurnya Airlangga Hartarto dari kursi ketua umum Partai Golkar. Jokowi dianggap berambisi mengendalikan salah satu partai terbesar yang penting tersebut untuk bekal setelah keluar dari Istana.
Secara keseluruhan, sikap optimis pelaku pasar terlihat sudah jenuh namun masih belum mendapatkan pijakan untuk beralih pesimis. Gerak Indeks dalam rentang terbatas akhirnya menjadi pilihan yang paling mungkin. Terkhusus IHSG, kinerja neraca dagang yang gemilang atau memberikan kejutan positif akan mampu membuat IHSG melonjak tajam lebih jauh. Namun sebaliknya bila kinerja neraca dagang dinilai jauh dari memuaskan, akan menjadi pukulan tambahan untuk melengser IHSG di zona merah.
Pola yang tak jauh berbeda diperkirakan akan mendera Rupiah. Setelah mengalami lonjakan spektakuler di sesi perdagangan kemarin hingga sempat melambung lebih dari 1 persen, kini rawan untuk mengalami koreksi teknikal. Situasi ini semakin mendapatkan sokongan dari tren yang sedang berkembang di pasar uang global.
Pantauan tim riset RMOL memperlihatkan, gerak nilai tukar mata uang utama Dunia, Euro, Poundsterling, Dolar Australia dan Dolar Kanada yang memang sempat melonjak tajam di sesi perdagangan Rabu malam waktu Indonesia Barat. Lonjakan bahkan mampu menjauhi level psikologisnya masing-masing secara signifikan. Namun gerak melonjak tersebut terpantau mulai terkikis hingga sesi perdagangan Kamis pagi Ini di Asia.
Dengan bekal sentimen positif yang kurang meyakinkan tersebut, prospek Rupiah dalam menjalani sesi perdagangan hari ini diyakini akan sedikit terhambat. Rupiah diperkirakan akan mengandalkan sentimen rilis data domestik neraca dagang untuk setidaknya menghambat potensi koreksi teknikal. Gerak menguat lebih lanjut dalam taraf moderat masih terbuka peluangnya bila rilis data neraca dagang memuaskan pelaku pasar.