Berita

Ilustrasi (Foto: Netscale.com)

Bisnis

Iklan Google Bisa Ganggu IHSG, Rupiah Prospektif?

RABU, 14 AGUSTUS 2024 | 12:17 WIB | OLEH: ADE MULYANA

Optimisme investor di Wall Street terlihat pulih nyaris sempurna dalam sesi perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa 13 Agustus 2024. Aksi rally yang cukup curam akhirnya mampu menghantarkan indeks Wall Street melampaui posisi sebelum terjadinya crash pada sesi perdagangan 2 Agustus. Situasi ini bisa dilihat sebagai pulihnya kekhawatiran investor terhadap ancaman resesi.

Cepatnya pemulihan indeks dari peristiwa crash tersebut juga memantik optimisme yang semakin tinggi, di mana investor diyakini benar-benar telah lepas dari kekhawatiran resesi. Pantauan menunjukkan, indeks Wall Street yang seluruhnya menutup sesi dengan lonjakan tajam dalam sesi perdagangan yang ditutup beberapa jam lalu. Indeks DJIA melompat 1,04 persen di 39.765,64, sementara indeks S&P500 melesat 1,68 persen di 5.434,43, dan indeks Nasdaq yang melambung curam 2,43 persen di 17.187,61.

Sementara laporan terkini dari sesi perdagangan after hours Rabu pagi ini waktu Indonesia Barat memperlihatkan, gerak indeks yang mengalami koreksi minor yang dapat dinilai sekedar koreksi teknikal yang mendapatkan momentum dari sejumlah sentimen.

Laporan lebih rinci menyebutkan, saham-saham teknologi yang kembali mendominasi jalannya sesi perdagangan kali ini hingga mengangkat indeks secara tajam. Saham NVIDIA Corp melambung fantastis 6,5 persen, Marvell technology melompat 5,8 persen, Intel Corp meroket 5,7 persen, serta ARM Holdings Plc menanjak 5,7 persen. Laporan juga menunjukkan harga saham Starbucks Corp yang melambung ekstrim hingga 24,5 persen menyusul sentimen pergantian CEO perusahaan penjual minuman kopi terkenal itu.

Laporan lebih lanjut datang dari Amerika Serikat, di mana pihak Department Kehakiman menilai raksasa mesin pencari internet, Google yang telah melanggar asas anti monopoly. Otoritas AS memutuskan, layanan pencarian teks dan iklan Google melanggar aturan anti monopoli. Keputusan ini membuat investor melakukan tekanan jual. Pantauan terkini tim riset RMOL menunjukkan harga saham Alphabet, induk dari Google telah runtuh 0,9 persen di $162,69.

Namun penurunan tersebut dinilai masih sangat wajar usai melompat tajam sebesar 1,15 persen di sesi perdagangan reguler. Laporan terkait menyebutkan, pelaku pasar yang hingga kini masih menunggu rilis data inflasi terkini AS.

Dengan bekal yang lumayan positif dari Wall Street ini, sesi perdagangan di Bursa Saham Utama Asia terpantau hijau. Hingga ulasan Ini disunting, indeks Nikkei (Jepang) melonjak 0,97 persen di 36.583,98, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) naik 1,05 persen di 2.648,92 dan indeks ASX200 (Australia) menguat 0,24 persen di 7.845,5.

Gangguan sentimen dari kasus anti monopoli Iklan Google terlihat tak berpengaruh pada sikap optimis di Asia. Pola yang sama diyakini akan mendera indeks harga saham gabungan (IHSG) di Jakarta. Setelah berhasil membukukan lonjakan tajam pada sesi perdagangan kemarin, IHSG kini masih berpotensi untuk melanjutkan penguatan. Namun kisaran penguatan diperkirakan masih cenderung terbatas akibat potensi koreksi teknikal.

Pelaku pasar di Jakarta juga diyakini Kasih mencoba untuk mempertahankan optimisme menyusul posisi IHSG yang telah mampu melampaui level psikologisnya di kisaran 7.300.

Pola yang tak jauh berbeda juga diperkirakan akan mendera nilai tukar Rupiah, di mana pada sesi perdagangan kemarin secara mengejutkan mampu menguat secara tajam. Rupiah bahkan mampu menahbiskan diri sebagai mata uang terkuat di Asia pada sesi perdagangan kemarin.

Prospek Rupiah kini bahkan mendapatkan sokongan dari positifnya pasar uang global, di mana seluruh mata uang utama Dunia mampu membukukan lonjakan tajam di sesi perdagangan kemarin. Penguatan mata uang utama Dunia tersebut terpantau masih bertahan hingga sesi perdagangan pagi Ini di Asia, Rabu 14 Agustus 2024.

Pantauan tim riset RMOL bahkan memperlihatkan, nilai tukar Euro terhadap Dolar AS yang disimbolkan EURUSD yang nyaris kembali mampu menembus level psikologis pentingnya di kisaran 1,1000 pada sesi perdagangan Rabu dinihari tadi jam 02.00 waktu Indonesia Barat. Penembuaan level psikologis juga terjadi pada mata uang utama Dunia lainnya, yaitu Poundsterling dan Dolar Australia.

Prospek Rupiah dengan demikian masih cukup positif dalam menjalani sesi perdagangan pertengahan pekan ini menyambut rilis data inflasi AS malam nanti.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya