Pemimpin Junta Niger Jenderal Abdourahamane Tiani/Reuters
Niger mengikuti langkah Mali untuk mengakhiri hubungan diplomatiknya dengan Ukraina pada Selasa (6/8).
Keputusan itu diambil hanya dua hari setelah Mali menuduh Ukraina mendanai kelompok pemberontak di negara itu dan akhirnya memutus hubungan sebagai respons.
Juru bicara junta Niger, Amadou Abdramane mengatakan bahwa pemutusan hubungan diplomatik dengan Ukraina mencerminkan solidaritas penuh negara mereka terhadap rekannya Mali.
“Pemerintah Republik Niger, dengan solidaritas penuh terhadap pemerintah dan rakyat Mali, memutuskan dengan kedaulatan penuh untuk memutuskan hubungan diplomatik antara Republik Niger dan Ukraina dengan segera,” kata Abdramane, seperti dikutip dari
AFP.Dia menambahkan, pihaknya juga akan meminta Dewan Keamanan PBB membahas intervensi Ukraina di kawasan tersebut.
Niger dan Mali sama-sama dipimpin oleh pemerintahan militer yang mengambil alih kekuasaan melalui kudeta baru-baru ini.
Setelah dikuasai militer, kedua negara ini serempak membatalkan perjanjian pertahanan dengan Prancis, dan meminta bantuan militer dari Rusia.
Pada Minggu (4/8), juru bicara pemerintah Mali, Kolonel Abdoulaye Maiga mengumumkan pemutusan hubungan setelah mendengar pernyataan dari Andriy Yusov, juru bicara badan intelijen militer Ukraina, GUR.
Yusov saat itu mengatakan bahwa: "Para pemberontak menerima semua informasi yang mereka butuhkan,” tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Pertempuran sengit selama tiga hari meletus di dekat perbatasan pada tanggal 25 Juli di sebuah kamp militer di Tinzaouatene.
Para pemberontak yang dipimpin Tuareg mengaku telah menewaskan 84 personel Wagner Rusia dan 47 tentara Mali.