Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer/BBC
Kematian tiga gadis muda di Southport pekan lalu telah dimanfaatkan kelompok ekstremis sayap kanan untuk menyebar benih kebencian terhadap komunitas migran Muslim di Inggris.
Rumor tersebut memantik aksi protes yang telah berlangsung selama berhari-hari, di mana para demonstran menyerang sejumlah lokasi yang diyakini menampung banyak migran.
Situasi ini menciptakan kekhawatiran mendalam di kalangan Muslim Inggris, mereka sampai takut pergi beribadah ke Masjid.
Merespons hal tersebut, Perdana Menteri Keir Starmer segera menggelar pertemuan darurat. Dia menegaskan bahwa kerusuhan itu tidak bisa dibiarkan.
"Apa pun motivasinya, ini bukan protes, ini kekerasan murni dan kami tidak akan menoleransi serangan terhadap masjid atau komunitas Muslim kami," kata dia, seperti dikutip dari
Reuters pada Selasa (6/8).
Starmer menyebut para perusuh maupun yang menebar rumor palsu tentang migran Muslim akan mendapat hukuman berat.
"Kekuatan hukum penuh akan dijatuhkan kepada semua orang yang diidentifikasi telah mengambil bagian," tegasnya.
Otoritas Kepolisian Inggris mengaku telah menangkap 378 orang perusuh selama sepekan terakhir, mereka terancam memperoleh hukuman penjara yang panjang.
Kekerasan di Inggris meletus Selasa lalu (30/7), setelah unggahan media sosial menuduh tersangka penusukan di Southport adalah seorang Islamis radikal yang baru saja tiba di Inggris dan dikenal oleh badan intelijen.
Padahal, pihak kepolisian mengatakan tersangka berusia 17 tahun dan lahir di Inggris. Mereka tidak menganggapnya sebagai insiden teroris.
Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper menyebut para perusuh sengaja mengobarkan kebencian rasial dan kerusuhan itu bukan berasal dari kekhawatiran tentang tingkat imigrasi yang tinggi di Inggris.
"Orang-orang yang berakal sehat tidak mengambil batu bata dan melemparkannya ke polisi," tegasnya.
Kerusuhan yang melibatkan ratusan orang terus berlanjut di seluruh negeri, dengan toko-toko dijarah dan masjid serta bisnis milik orang Asia diserang.
Mobil-mobil dibakar dan beberapa video yang tidak terverifikasi di media sosial menunjukkan etnis minoritas dipukuli.
Australia dan Nigeria termasuk di antara negara-negara yang mengeluarkan peringatan kepada warga negaranya agar tidak bepergian ke Inggris.
Pada Senin malam (5/8), protes menyebar ke Plymouth di Inggris barat daya. Beberapa ratus pengunjuk rasa anti-imigrasi yang mengenakan bendera Inggris berhadapan dengan lebih banyak pengunjuk rasa tandingan, yang dipisahkan oleh polisi dengan perlengkapan anti huru hara.
Para pengunjuk rasa melemparkan batu bata dan kembang api serta bentrok dengan polisi.
Sky News mengatakan tiga petugas polisi terluka.
Sehari sebelumnya pada Minggu (4/8) di Rotherham para pengunjuk rasa mencoba masuk ke sebuah hotel yang menampung para pencari suaka.