Pengamat politik dari Motion Cipta (MC) Matrix, Wildan Hakim/Ist
Judi online (judo) diyakini akan tetap marak di kalangan masyarakat Indonesia selama tidak ada kesepahaman dalam penanganannya. Bahkan, persepsi pejabat publik juga harus diluruskan soal dampak negatif judol.
Begitu disampaikan pengamat politik dari Motion Cipta (MC) Matrix, Wildan Hakim merespons pernyataan pimpinan KPK, Alexander Marwata yang menyebut bahwa 60 pegawainya bermain judol hanya iseng mengisi waktu.
"Persepsi pejabat publik juga harus diluruskan perihal dampak negatif judi online yang kini sudah memakan banyak korban," kata Wildan kepada
Kantor Berita Politik dan Ekonomi RMOL, Selasa (6/8).
Menurut Wildan, pernyataan Alex Marwata tersebut sangat tidak patut. Mengingat, judol bukan lagi keisengan belaka, karena uang didepositkan ke dalam aplikasi nilainya bukan receh lagi.
"Bagi pegawai KPK, main judi online itu bisa saja dianggap iseng. Sebab gaji mereka tergolong besar. Namun anggapan ini tetap saja salah. Judi itu tindakan spekulatif yang punya dampak merugikan bagi siapapun yang melakukan," terang Wildan.
Dosen ilmu komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia ini menilai, efek judol membahayakan karena aktivitas pelaku dilakukan secara privat.
Bahkan, daya rusak judol baru terlihat ketika si pemain kalah dan kemudian melakukan aktivitas negatif agar hasrat berjudinya tetap terpenuhi.
"Pernyataan pimpinan KPK perihal judi online sebagai aktivitas iseng itu harus dikoreksi," kata Wildan.
Koreksi ini, kata Wildan, sebagai bentuk kepedulian bersama elemen bangsa ini dalam memerangi judi online dan membangun pemahaman di tengah masyarakat bahwa judi online ini merugikan secara ekonomi dan merusak nalar.