Di tengah ancaman resesi Amerika Serikat, Profesor Keuangan Wharton School Jeremy Siegel mendesak Bank Sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunga acuannya lebih cepat.
"Suku bunga The Fed saat ini seharusnya berada di kisaran 3,5-4 persen," kata Siegel dalam sebuah wawancara televisi, dikutip New York Post pada Selasa (6/8).
Seruan tersebut dilontarkan Siegel guna meredakan kekhawatiran terkait resesi. Ia pun menyarankan bank sentral melakukan pemangkasan darurat sebesar 75 basis poin secepatnya pekan ini.
Menurutnya, pasar saham global saat ini tengah bergejolak pada awal pekan ini, di mana Indeks Wall Street sendiri merosot sekitar tiga persen.
"Pasar lebih tahu dibandingkan The Fed. Bank sentral harus memberikan respons," kata Siegel.
The Fed sebelumnya dijadwalkan menggelar pertemuan kebijakan bulan depan. Sebelumnya pada bulan lalu, Bank Sentral itu mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 5,25-55 persen.
Keputusan tersebut diambil sebelum perilisan data ekonomi terbaru yang menunjukkan tingkat pengangguran mencapai 4,3 persen, tertinggi dalam tiga tahun.
Adapun pemangkasan suku bunga darurat pernah dilakukan The Fed pada 2001 lalu, bank sentral AS tersebut secara darurat memotong suku bunga acuannya sebanyak 50 basis poin, karena kondisi ekonomi AS.
Berbeda dengan Siegel, Ekonom Annex Wealth Management Brian Jacobsen justru menyatakan pemangkasan suku bunga darurat belum diperlukan. Sebab, ia yakin kondisi ekonomi negara Paman Sam masih terkendali saat ini.
"Langkah tersebut dilakukan untuk kondisi yang benar-benar darurat, seperti pandemi. Tingkat pengangguran sebesar 4,3 persen menurut saya tidak terlalu darurat," kata Jacobsen.