Berita

Mantan Jurubicara Presiden Gus Dur, Adhie Massardi/Ist

Publika

Boleh Ketawa Cara Nahdlatul Ulama

KAMIS, 01 AGUSTUS 2024 | 19:22 WIB | OLEH: ADHIE M. MASSARDI

DR KH AS’AD SAID ALI pada tahun 2000 ditempatkan Presiden KH Abdurrahman Wahid di Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Karena kinerjanya baik, santri Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta ini posisinya tetap dipertahankan oleh dua presiden berikutnya, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono hingga 2011.

Kalangan Nahdliyin bangga salah satu kader terbaiknya ada di BIN. “Pak As’ad itu orang NU yang ada di BIN,” kata sejumlah kiai, bangga.

Tapi pada 2021, ketika para pendukungnya di PBNU mencalonkan Pak As’ad sebagai calon Ketua Umum dalam Muktamar ke-34 NU, pesaingnya menebar isu “Awas, ada orang BIN mau masuk NU…!

Begitu cepat berubah pendapat. Dari orang NU yang ada di BIN menjadi orang BIN yang mau menguasai PBNU.

Pada Pilpres 2024, meski tak punya otoritas politik, beberapa petinggi PBNU nekat gadang-gadang kandidat. Harapannya, tentu, PKB partai yang diinisiasi tokoh-tokoh NU pada 1999 bisa mengusung kandidat mereka.

Eh, rupanya sang kandidat tak cocok dengan arah politik PKB yang lebih tertarik pada arus besar perubahan di masyarakat.

Maka para petinggi PBNU lancarkan ancaman. PKB bukan NU dan NU bukan PKB. Warga NU tidak ada kewajiban memilih PKB. Bahkan ada yang bernada “semua parpol boleh dipilih, kecuali PKB!”.

Seruan ini dijawab Pimpinan PKB, Muhaimin Iskandar, dengan perintah semua kadernya tidak fokus hanya ke kantong-kantong Nahdliyin, tapi juga ke kawasan nonbasis.

Hasilnya, karena warga Nahdliyin sudah kadung merasa DNA-nya PKB, maka pada Pemilu 2004 kemarin, PKB bukan hanya menang di kantong-kantong Nahdliyin, tapi meluas ke kawasan nonbasis seperti DKI Jakarta, Sumatera Barat, Jawab Barat, dan lain-lain.

Melihat hasilnya begini, para petinggi PBNU bingung. Maka muncul tuduhan itu: “PKB melupakan sejarah, melupakan asal-usulnya!

Maka langkah “menarik kembali PKB ke pangkuan petinggi PBNU pun dicanangkan…!

Begitu cepat berubah pendapat. Kemarin tidak boleh gunakan simbol-simbol PBNU. Sekarang harus kembali ke PBNU.

Mantan Jurubicara Presiden Abdurrahman Wahid

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Buntut Pungli ke WN China, Menteri Imipas Copot Pejabat Imigrasi di Bandara Soetta

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:25

Aero India 2025 Siap Digelar, Ajang Unjuk Prestasi Dirgantara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:17

Heboh Rupiah Rp8.100 per Dolar AS, BI Buka Suara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:13

Asas Dominus Litis, Hati-hati Bisa Disalahgunakan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:35

Harga CPO Menguat Nyaris 2 Persen Selama Sepekan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:18

Pramono: Saya Penganut Monogami Tulen

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:10

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Vihara Amurva Bhumi Menang Kasasi, Menhut: Kado Terbaik Imlek dari Negara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:45

Komisi VI Sepakati RUU BUMN Dibawa ke Paripurna

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:11

Eddy Soeparno Gandeng FPCI Dukung Diplomasi Iklim Presiden Prabowo

Sabtu, 01 Februari 2025 | 16:40

Selengkapnya