Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood/The America Times
Di saat banyak negara mengecam Israel atas pembunuhan petinggi Hamas Ismail Haniyeh di pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Rabu (31/7), utusan Inggris dan Amerika Serikat justru melakukan hal sebaliknya.
Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood membela Israel, menyebutnya memiliki hak untuk membela diri jika diserang.
Dia juga menegaskan bahwa Washington tidak memiliki hubungan dengan kematian Haniyeh.
"Israel memiliki hak untuk membela diri terhadap serangan dari Hizbullah dan teroris lainnya," tegasnya, seperti dimuat
Anadolu Ajansi. Wood dalam kesempatan itu justru memojokkan Iran, tuan rumah di mana Haniyeh tewas, agar mematuhi resolusi DK PBB dan tidak menimbulkan ancaman keamanan di kawasan.
"Perang yang lebih luas tidak akan segera terjadi atau tidak dapat dihindari. Iran dan teroris yang didukungnya terus-menerus memicu risiko konflik regional," kata Dubes AS.
Sementara itu, Dubes Inggris untuk PBB Barbara Woodward juga menekankan bahwa meningkatnya kekerasan tidak menguntungkan siapa pun.
"Perdamaian jangka panjang tidak akan terjamin dengan bom dan peluru," tegasnya.
Ia juga menegaskan kembali komitmen Inggris yang teguh terhadap keamanan Israel, dengan mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri.
Dalam sebuah pernyataan resmi pada Rabu (31/7), Hamas mengatakan Haniyeh tewas di kedimannya di Teheran tak lama setelah menghadiri pelantikan Pezeshkian.
Hamas menyebut Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kematian Haniyeh.
"Saudara pemimpin, syahid, Mujahid Ismail Haniyeh, meninggal akibat serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran, setelah berpartisipasi dalam upacara pelantikan presiden baru Iran," ungkap Hamas di Telegram.
Perburuan terhadap pimpinan Hamas telah berlangsung selama berbulan-bulan, dan pada bulan April, tiga putra Haniyeh tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza.
Kepala badan intelijen Mossad Israel bersumpah akan membunuh Haniyeh setelah serangan teroris Hamas pada 7 Oktober menewaskan 1.200 orang dan mengakibatkan penculikan 250 orang.
Sementara Haniyeh sebelum meninggal menegaskan bahwa Hamas tidak akan menyerah di bawah tekanan Israel.