Lembaga pemeringkat Standard and Poors (S&P) mengapresiasi komitmen pemerintah Indonesia untuk menjaga inflasi yang terjaga sejak tahun 2010.
S&P memproyeksikan inflasi RI pada tahun 2024-2025 akan berada pada kisaran target 2,5 persen + 1 persen, masing-masing sebesar 2,8 persen dan 3,0 persen.
Sementara untuk rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga sampai empat tahun ke depan akan tetap terjaga sekitar 5,0 persen, menurut lembaga yang berpusat di New York itu.
Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh permintaan domestik yang tetap kuat, serta belanja Pemerintah dan investasi swasta yang meningkat.
Pada sektor fiskal, S&P memandang Pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga defisit fiskal di bawah 3 persen dari PDB.
S&P meyakini bahwa Pemerintahan yang akan datang akan memperhatikan aspek keberlanjutan kebijakan guna menjaga kredibilitas serta menghindari disrupsi ekonomi dan keuangan yang signifikan.
S&P telah mempertahankan peringkat kredit Indonesia, atau Sovereign Credit Rating (SCR), pada BBB atau satu tingkat di atas investment grade dengan outlook per 30 Juli 2024.
Hal ini disambut baik oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang menegaskan bahwa keputusan itu mencerminkan keyakinan dunia internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia yang baik.
Pasar keuangan Indonesia pada Rabu (31/7) terpantau kondusif. Keputusan S&P yang kembali mengafirmasi peringkat kredit Indonesia di posisi BBB, memberikan sentimen positif bagi pasar domestik.