Kepala Dinas Amerika Serikat, Kimberly Cheatle/ABC News
Seruan agar Kepala Dinas Amerika Serikat, Kimberly Cheatle mundur dari jabatannya muncul setelah personelnya gagal melindungi Donald Trump selama kampanye di Pennsylvania.
Meski kerap berbeda pandangan, dua pejabat dari Partai Republik dan Demokrat menyampaikan desakan yang sama agar Cheatle mundur.
Ketua Komite Pengawas DPR AS dari Partai Republik, James Comer mengatakan bahwa pihaknya tidak yakin Dinas Rahasia dapat berperan penuh di bawah kepemimpinan Cheatle.
"Kami tidak memiliki keyakinan bahwa Anda (Cheatle) bisa memimpin," ujarnya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
Reuters pada Selasa (23/7).
Sementara itu, petinggi Partai Demokrat, Jamie Raskin menyebut Cheatle saat ini telah kehilangan kepercayaan Kongres.
"Kita harus segera mengambil tindakan lebih dari itu," tegasnya.
Cheatle menyebut penembakan tanggal 13 Juli terhadap Trump sebagai kegagalan operasional paling signifikan di Dinas Rahasia dalam beberapa dekade,
Dia membandingkan kegagalan tersebut dengan percobaan pembunuhan mantan Presiden Ronald Reagan pada tahun 1981.
Namun Cheatle berulang kali menolak seruan untuk mundur karena dia masih memiliki kemampuan untuk memimpin Dinas Rahasia.
"Saya pikir saya adalah orang terbaik untuk memimpin Dinas Rahasia saat ini," tegasnya.
Percobaan pembunuhan pada kampanye di luar ruangan di Butler, Pennsylvania pada Sabtu lalu (13/7), menyebabkan Trump terluka di telinga kanan, satu peserta kampanye tewas, dan lainnya dirawat.
Tersangka penembak merupakan asisten panti jompo berusia 20 tahun bernama Thomas Crooks. Dia dibunuh oleh sniper Dinas Rahasia tak lama setelah melancarkan serangan ke arah Trump.
Hingga kini belum jelas apa motif penembakan tersebut.