Presiden Amerika Serikat, Joe Biden/Net
Keputusan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden untuk mundur dari pencalonan presiden bukan hanya dilakukan untuk kepentingan negara dan Partai Demokrat.
Pengamat politik Denny JA mengungkap alasan sebenarnya di balik kemunduran Biden dalam sebuah pernyataan di kanal Youtube pribadinya yang dilihat redaksi pada Selasa (22/7).
Denny menyoroti surat pengunduran diri Biden yang menyatakan bahwa dia tidak melanjutkan pencalonan demi Partai Demokrat dan masa depan Amerika Serikat.
Menurutnya, fenomena presiden petahana yang mundur dari kontestasi pemilu adalah suatu hal yang asing dalam dunia politik praktis.
Pasalnya, kata Denny, jika merujuk pada Hukum Besi, maka seorang presiden yang mencalonkan diri tidak akan mau mengalah, kecuali dia tau memang akan dikalahkan.
"Kita ketahui dari Hukum besi, bahwa seorang presiden hanya mungkin tak mau menjadi presiden lagi padahal itu mungkin hanya jika merasa tidak mungkin menang atau dia merasa akan dikalahkan," paparnya.
Denny menilai kemungkinan itulah yang memang dihadapi Biden. Bukan mengalah demi kepentingan yang lebih besar, tetapi dia memang sudah tau akan kalah melawan pesaingnya Donald Trump.
Untuk membuktikan analisisnya, Denny menunjukkan sejumlah survei perbandingan elektabilitas Biden dan Trump setelah debat pertama berlangsung.
Menurut survei CBS News pada 16-18 Juli 2024, Biden ketinggalan lima poin persentasi dari Trump.
"Trump memperoleh 52 persen, sementara Biden hanya 47 persen. Untuk ukuran pilpres di AS ketinggalan lima persen ini, apalagi petahana yang tertinggal itu sesuatu yang besar," jelas Denny.
Selain itu, kata Denny, tingkat kepuasan masyarakat AS terhadap Biden tidak lebih dari 37 persen. Angka ini sangat jauh apalagi dibandingkan dengan yang dimiliki Jokowi yakni 80 persen.
Setelah berhari-hari mendapat tekanan dari para pendukungnya, Biden menyatakan diri mundur dari pencalonan dan batal menghadapi lawannya Donald Trump di pemilu November 2024.
Dalam sebuah surat yang diunggah di akun X pribadinya pada Minggu malam (21/7), Biden menyatakan dirinya bersedia mundur demi kepentingan Partai Demokrat dan akan menjalani sisa masa jabatannya yang berakhir pada tanggal 20 Januari 2025.
"Meskipun niat saya adalah untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin ini demi kepentingan terbaik partai dan negara saya jika saya mundur dan fokus hanya pada memenuhi tugas saya sebagai Presiden selama sisa masa jabatan saya,” tulis Biden, seperti dimuat Associated Press.
Lebih lanjut, Biden mengajukan penggantinya adalah wakilnya yakni Kamala Harris. Menurutnya, menjadikan Harris sebagai pasangannya pada pemilu 2020 lalu merupakan keputusan terbaik yang pernah ia buat.
Oleh karenanya Biden ingin Harris maju menggantikannya melawan Trump dan membawa kemenangan bagi Demokrat.
"Hari ini saya ingin memberikan dukungan penuh dan dukungan saya agar Kamala menjadi calon dari partai kita tahun ini. Demokrat, inilah saatnya untuk bersatu dan mengalahkan Trump. Mari kita lakukan ini," tegas Biden.
Harris langsung merespon penunjukkan tersebut dalam unggahan di media sosialnya. Dia merasa terhormat mendapat dukungan langsung dari presiden AS dan akan berusaha untuk bisa keluar sebagai calon presiden Partai Demokrat.
"Saya merasa terhormat mendapat dukungan presiden dan niat saya adalah mendapatkan dan memenangkan nominasi ini,” tegasnya, seperti dimuat The Guardian.
Sementara lawannya dari Partai Republik Donald Trump mengaku semakin optimis jika harus bertanding dengan Harris yang disebutnya sangat mudah dikalahkan dibanding Biden.