Berita

Foto ilustrasi/Net

Bisnis

India Juara Dunia, Rupiah Jawara Asia dan IHSG Flat

RABU, 17 JULI 2024 | 19:36 WIB | OLEH: ADE MULYANA

Performa bursa saham Asia terlihat kurang menggigit dalam menjalani sesi perdagangan pertengahan pekan ini, Rabu 17 Juli 2024. Di tengah kepungan sentimen positif dari Wall Street dan rilis ekonomi outlook dari IMF, Indeks di bursa utama Asia hanya mampu membukukan gerak mixed.

Laporan yang beredar menyebutkan, lembaga keuangan dunia IMF merilis economi outlook terkininya di bulan Juli ini dengan menyanjung perekonomian India yang akan menjadi perekonomian dengan pertumbuhan terpesat di dunia. Perekonomian negeri Bollywood diperkirakan tumbuh 7 persen tahun ini. Proyeksi ini merupakan revisi atas proyeksi IMF edisi April lalu.

IMF juga menyebut perekonomian China yang akan tumbuh 5 persen di tahun yang sama, namun pertumbuhan perekonomian global diperkirakan tak berubah. Lembaga donor itu lebih jauh juga menyebut, gabungan pertumbuhan ekonomi India dan China akan mencapai hampir separuh pertumbuhan ekonomi global. Dengan kata lain, India kini menjadi jawara mesin perekonomian dunia.

Namun kabar dari IMF dan positif-nya Wall Street di sesi sebelumnya terlihat belum cukup bagi pelaku pasar di Asia untuk melakukan aksi rally yang meyakinkan. Indeks di Bursa Asia tercatat hanya bergerak mixed hingga perdagangan ditutup. Sentimen lain yang datang dari rilis data inflasi Inggris juga terlihat mandul untuk mendorong optimisme di Asia.

Indeks ASX 200 (Australia) kembali mampu membukukan lonjakan tajam dan sekaligus mencetak rekor tertinggi barunya dengan naik 0,73 persen di 8.057,9. Sebaliknya dengan Indeks KOSPI (Korea Selatan) yang melorot tajam 0,8 persen di 2.843,29, dan indeks Nikkei (Jepang) tergelincir turun 0,43 persen di 41.097,69.

Bervariasinya sentimen yang sedang mengiringi di Asia membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta turut terpeleset di zona pelemahan. IHSG terlihat berulangkali mencoba bertahan di zona penguatan moderat sembari menantikan pengumuman kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia. Namun usai pengumuman Bank Sentral, gerak IHSG tetap berada di rentang terbatas. Sebagai catatan tambahan, Bank Indonesia dalam rilisnya memutuskan untuk mempertahankan besaran suku bunga di kisaran 6,25 persen.

Situasi ini kemudian semakin lengkap dengan lemasnya sesi pembukaan di Bursa Utama Eropa. Laporan menunjukkan, seluruh indeks di Bursa Saham Utama Eropa yang kompak menginjak zona pelemahan terbatas dalam mengawali sesi perdagangan.

IHSG kemudian menutup sesi perdagangan dengan flat alias nyaris tak bergerak setelah turun sangat tipis 0,00 persen di 7.224,22. Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, sejumlah Saham Utama yang telah terkoreksi di hari sebelumnya mampu berbalik naik. Saham-saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan melakukan rebound dengan signifikan, diantaranya: BBRI naik 0,63 persen di Rp 4.760, BMRI melompat 1,57 persen di Rp 6.450, BBNI naik 0,4 persen di Rp 5.000, TLKM meroket 4,83 persen di Rp 3.250, serta ASII naik tajam 1,82 persen di Rp 4.460. Sedangkan saham BBCA tercatat turun 1,5 persen di Rp 9.800.

Rupiah Jawara Asia

Laporan agak mengejutkan datang dari pasar uang Asia, di mana nilai tukar mata uang Rupiah yang mampu membukukan penguatan tajam kali ini. Penguatan Rupiah terlihat menonjol dibanding mata uang Asia lainnya. Gerak penguatan Rupiah juga terlihat konsisten di sepanjang sesi perdagangan.

Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp 16.094 per Dolar AS atau melonjak tajam 0,49 persen. Sentimen dari Bank Indonesia turut andil dalam gerak menguat Rupiah.

Akibat dari gerak menguat Rupiah kali ini, dalam tinjauan teknikal, justru kian mengukuhkan tren penguatan yang sedang berlangsung. Sebagaimana diulas sebelumnya, Rupiah kini semakin berpeluang untuk membenamkan Dolar AS di bawah kisaran Rp 16.000.

Sementara mata uang Asia lainnya juga terlihat seragam menginjak zona penguatan moderat, seperti Baht Thailand, Peso Filipina, Ringgit Malaysia, serta Rupee India. Sedangkan mata uang Dolar Australia terpantau masih bergulat untuk rebound dari titik terlemahnya dalam 10 hari terakhir.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya