Sejak Israel memulai serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza pada Oktober lalu, telah ada 160 jurnalis yang meninggal dunia.
Kantor Berita Pemerintah Gaza mengatakan bahwa kematian terbaru yang tercatat adalah Direktur Program di Al-Aqsa Voice Radio, Mohammad Meshmesh.
"Jumlah jurnalis yang mati syahid telah meningkat menjadi 160 orang sejak dimulainya perang genosida di Jalur Gaza, menyusul matinya rekan kami Mohammad Abdullah Meshmesh, Direktur Program di Al-Aqsa Voice Radio," bunyi laporan tersebut, seperti dikutip dari
Al Mayadeen pada Rabu (17/7).
Dikatakan bahwa Meshmesh meninggal dunia setelah terkena serangan udara Israel yang menargetkan Sekolah Al-Razi di kamp Nuseirat, Gaza tengah.
Serangan itu mengakibatkan 23 orang syahid dan puluhan luka-luka.
Pada bulan April, Sindikat Jurnalis Palestina melaporkan bahwa setidaknya 140 jurnalis tewas dalam serangan militer Israel di Gaza.
Pada hari Minggu (14/7), seorang pejabat senior di pemerintahan keamanan Israel mengklaim bahwa fase intensif operasi militer di Gaza telah berakhir dan rezim telah melanjutkan ke tahap ketiga perang.
Pada fase ini serangan akan dilakukan dalam jumlah terbatas dan hanya berdasarkan data intelijen yang jelas.
Kendati demikian, hingga Selasa (17/7), pasukan Israel melakukan dua pembantaian termasuk di sekolah al-Razi milik Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.
Serangan lain terhadap pengungsi di dekat Stasiun al-Attar di al-Mawasi, Khan Younis, telah mengakibatkan pembunuhan sedikitnya 17 orang dan melukai sedikitnya 26 orang.
Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan dalam laporan hariannya mengungkap korban perang Israel mencapai 38.713 orang, ditambah 89.166 orang luka-luka.
Laporan tersebut lebih lanjut menegaskan bahwa pasukan Israel melakukan dua pembantaian dalam 24 jam, menewaskan 49 orang dan melukai 69 orang, dan ribuan korban masih berada di bawah reruntuhan di jalanan.