Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menghadapi krisis pendanaan yang serius. Pasalnya, Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan dana operasional yang tersedia untuk membantu pengungsi hanya cukup hingga dua bulan ke depan, yaitu sampai September 2024.
"Kami telah bekerja tanpa kenal lelah dengan para mitra untuk memulihkan kepercayaan terhadap badan ini," kata Lazzarini, dikutip AFP pada Sabtu (13/7).
Pernyataan ini disampaikan setelah Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres juga telah memohon bantuan dari para donor, karena beberapa negara masih menangguhkan pendanaan mereka setelah Israel menuduh sebagian karyawan UNRWA terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Dalam pernyataannya, Guterres mendesak para donor untuk segera mendanai badan PBB tersebut. Ia juga memperingatkan bahwa tanpa UNRWA, Palestina akan kehilangan jalur hidup yang penting.
"Biar saya perjelas, tidak ada alternatif lain selain UNRWA," tegas Guterres.
"Saat kami mengira keadaan tidak akan menjadi lebih buruk lagi di Gaza, warga sipil malah didorong ke dalam lingkaran neraka yang lebih dalam," tambahnya.
Menurut catatan Guterres, 195 anggota staf UNRWA telah tewas dalam konflik tersebut. Angka ini menjadi jumlah kematian staf tertinggi dalam sejarah PBB.
Sementara itu, Kongres AS diketahui masih melarang pendanaan lebih lanjut untuk UNRWA. Presiden Joe Biden pun mengarahkan dana untuk warga sipil Palestina ke badan-badan lain, meskipun ia mengakui kemampuan UNRWA dalam mendistribusikan bantuan.
Saat ini, serangan Israel terhadap Palestina terus meningkat sejak perang dengan Hamas pecah pada Oktober 2023. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan ini telah menewaskan sedikitnya 38.345 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil.
Dengan situasi yang semakin memburuk itu, PBB terus menyerukan bantuan internasional untuk memastikan keberlanjutan operasi UNRWA yang sangat penting bagi kehidupan pengungsi Palestina.