Berita

Kondisi trotoar di Jakarta/RMOL

Nusantara

Kota Jakarta Belum Ramah Disabilitas

SABTU, 06 JULI 2024 | 14:59 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Kota Jakarta dianggap belum benar-benar ramah terhadap kelompok disabilitas.

Anggota Relawan Kita (RK), Dani Taufiq Rachman mengatakan, hak-hak kelompok disabilitas sejatinya sudah difasilitasi pemerintah melalui peraturan dari tingkat undang-undang hingga turunannya. Namun sayang, pelaksanaannya belum maksimal.

“Bagaimana pelaksanaannya? Pemerintah juga harus bergeser pandangan dari sekadar memenuhi kebutuhan fisik ke arah bagaimana kehidupan kelompok disabilitas dalam jangka panjang,” papar Dani dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (6/7).


Pada Jumat (5/7), Relawan Kita telah menggelar diskusi melibatkan komunitas disabilitas di Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Jakarta Timur. Diskusi tersebut juga menghadirkan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) hingga Kepala Sekolah Luar Biasa Ganda Rawinala, Budi Prasojo.

Pandangan Ketua PPDI Jakarta, Leindert Hermeinadi, Pemprov Jakarta sejatinya sudah mengeluarkan berbagai kebijakan ramah disabilitas. Namun sayang, dalam perencanaan hingga penerapan kebijakan minim melibatkan kelompok disabilitas sehingga tidak maksimal.

“Ambil contoh sederhananya pembangunan trotoar. Bagaimana supaya dapat diakses pemakai kursi roda? Bagaimana material yang tidak licin? Seharusnya jika kami dilibatkan anggarannya akan optimal,” jelas Leindert.

Aspirasi terkait transportasi umum ramah disabilitas juga disampaikan anggota Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Jakarta, Toto Sugiarto. Saat ini, transportasi seperti JakLingko belum ramah disabilitas.

“Belum ada tanda khusus di halte JakLingko untuk tunanetra, misalnya huruf braille atau panduan yang bisa diraba. Jarak halte juga terkadang jauh (dan menyulitkan disabilitas)," kritiknya.

Mendengar aspirasi para kelompok disabilitas, Ketua Umum RK, Henry Baskoro pun mendesak pemerintah setempat bisa lebih melibatkan kelompok disabilitas dalam setiap mengambil kebijakan.

Selain itu, harus ada standardisasi secara cepat untuk penanganan masalah teknis yang berdampak pada pelayanan kaum disabilitas.

“Contoh yang saya alami sendiri, lift di halte transit antarmoda di dekat Stasiun Cawang mati. Sampai dua minggu masih mati. Bagaimana kaum disabilitas terlayani? Ini harus dijawab dengan standardisasi pelayanan kota,” tambah Henry.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya